(IslamToday ID) – Analis politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai PDIP dan Partai Gerindra saling membutuhkan untuk menghadapi politik ke depan.
Menurutnya, PDIP sebagai partai yang kalah di pemilu presiden (pilpres) membutuhkan kursi di eksekutif. Sementara, sebagai partai pemenang pemilu legislatif (pileg), PDIP dibutuhkan oleh Partai Gerindra yang memenangi pilpres.
Oleh karenanya, menurut Adi, bukan tidak mungkin PDIP merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, capres-cawapres pemenang Pilpres 2024.
“Gerindra butuh partai seperti PDIP yang menang pileg demi amankan dukungan parlemen,” kata Adi dikutip dari Kompas, Senin (8/4/2024).
Sejauh ini, gabungan kekuatan partai koalisi pengusung Prabowo-Gibran baru menghasilkan 43,18 persen suara di parlemen. Jumlah tersebut terdiri dari suara Partai Gerindra (13,22 persen), Partai Golkar (15,29 persen), PAN (7,24 persen), dan Partai Demokrat (7,43 persen).
Seandainya PDIP bergabung, koalisi tersebut bakal mendapat tambahan 16,72 persen suara parlemen. Dengan demikian, posisi Prabowo-Gibran di legislatif lebih kuat.
“Gabungan partai pendukung Prabowo-Gibran tak sampai 50 persen lebih. Tentu riskan kebijakan politik Prabowo dapat resistensi dalam parlemen,” ujar Adi.
“Mutual interesting jadinya. Yang jelas PDIP dan Gerindra saling membutuhkan,” lanjutnya.
Atas alasan tersebut, Adi meyakini PDIP bakal merapat ke koalisi Prabowo-Gibran. Sinyalemen ini juga tampak dari rencana pertemuan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo.
Menurut Adi, rencana pertemuan Megawati dengan Prabowo menjadi penanda bahwa kedua elite politik memelihara hubungan yang baik. Kendati PDIP dan Gerindra kerap bersaing di pilpres maupun pileg, namun hal itu ternyata tak menghalangi kedua partai untuk berkongsi.
“Pada saat bersamaan, elite-elite Gerindra dan PDIP sama-sama mengklaim tak ada persoalan apa pun di antara mereka. Bahwa sempat ada persaingan antar kedua partai di pilpres itu perkara biasa, lumrah dalam politik,” ungkap Adi.
Lebih lanjut, ia memprediksi PKB, Partai Nasdem, dan PKS bakal mengambil posisi di luar pemerintahan sebagai oposisi. “Resistensi ketiga partai ini (PKB, Nasdem, dan PKS) tak akan terlalu signifikan. Baik dari jumlah kekuatan politik atau pengalaman sebagai oposisi,” pungkas Adi.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Said Abdullah mengatakan, Megawati Soekarnoputri telah menugaskan putrinya yang juga Ketua DPP PDIP, Puan Maharani untuk berkomunikasi dengan Prabowo.
”Jadi, dari satu-dua poin itu, muaranya, Ibu (Megawati) menugaskan Mbak Puan memang untuk membangun komunikasi. Setelah membangun komunikasi, nanti Mbak Puan report (melaporkan). Hasil report itulah yang akan menentukan Ibu Ketua Umum bertemu dengan Pak Prabowo, duduk bersama. Kan begitu,” kata Said. [wip]