(Islam Today ID) – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS, Fahmy Alaydroes merespon kondisi Pendidikan Nasional dan krisis moral yang terjadi di Indonesia selama beberapa tahun terakhir.
Menurut Fahmy, pendidikan Indonesia saat ini masih banyak masalah. Fahmi menegaskan saat ini masih banyak sekolah yang fasilitasnya menyedihkan.
“Ruang kelas yang kusam, bahkan hampir roboh, halaman sekolah yang sempit, jajanan sekolah yang kotor dan minim gizi. Tambahan lagi, masih banyak guru yang kebingungan menerapkan kurikulum merdeka, gagap menggunakan teknologi digital, dengan jaringan dan kuota internet yang terbatas,” tegas praktisi dunia Pendidikan ini.
Sementara, imbuh Fahmy, sebagian besar gaji para tenaga kependidikan juga masih jauh dari cukup.
“Masih banyak guru terjerat pinjol alias pinjaman online, yang bunganya mencekik. Anak-anak kita dibanjiri oleh media dan instrumen digital yang sangat menggoda, melemahkan semangat membaca dan belajar,” pungkasnya miris.
Seringkali, kata Fahmy, mereka terpapar berbagai konten yang buruk, baik yang bernuansa kekerasan, pornografi atau gaya hidup mewah tapi minim kerja keras.
“Persoalan yang juga mencuat dalam dunia pendidikan kita adalah semakin terkikisnya pendidikan moral dan etika yang bersumber dari pendidikan agama dan akhlak, yang merupakan inti dan tujuan pendidikan,” jelas Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Barat V ini.
Tawuran, perundungan, kekerasan seksual, lanjut Fahmy, masih banyak terjadi di dunia sekolah dan kampus. Profil Pelajar Pancasila pun masih jauh di awang-awang.
“Rapuhnya pendidikan moral dan akhlak semakin menjadi-jadi ketika anak-anak kita tidak mendapatkan contoh atau teladan, yang merupakan pilar utama pendidikan moral. Sebaliknya, anak-anak kita malah mendapatkan tontonan perilaku nir-etika dari banyak kalangan elit nasional, para pejabat negara, artis dan publik figur lainnya,” ucap Fahmy.
Mereka, imbuhnya, kerap mempertontonkan sikap dan perilaku yang tidak beradab, menabrak etika dan norma hukum secara kasat mata dan tanpa rasa bersalah.
“Korupsi, Janji palsu, berdusta, nepotisme, bertindak curang, menggunakan kekuasaan untuk kepentingan keluarga atau kelompoknya, perselingkuhan, penyalahgunaan obat (narkoba), ujaran kebencian, kata-kata kasar dan kotor, dan sebagainya,” pungkasnya.
“Pendidikan Nasional Indonesia, sarat masalah dan tantangan. Perlu kepemimpinan nasional yang negarawan, menjunjung tinggi etika dan moral, menjadikan program pendidikan nasional sebagai panglima pembangunan. Selamat Hari (keprihatinan) Pendidikan Nasional !,” tutup Fahmy.