(IslamToday ID) – Analis politik Ray Rangkuti menanggapi pidato politik Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam Rakernas V PDIP. Ia menilai sikap Megawati yang condong menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran ke depan merupakan langkah yang tepat.
“Tak perlu ada lagi tafsir. Pidato Ibu Mega jelas menyatakan bahwa PDIP siap beroposisi, bahkan jika itu hanya menyisakan PDIP di luar. Berpolitik, kata Ibu Mega, bukan melulu mencari zona nyaman tapi juga zona ujian, apalagi demi mempertahankan keyakinan dan pandangan. Oleh karena itu, posisi PDIP tak dapat lagi ditawar, memimpin oposisi,” kata Ray dikutip dari Republika, Sabtu (25/5/2024).
Ia menjelaskan, berbagai pernyataan Megawati yang dominan berupa kritikan terhadap kondisi pemerintahan saat ini. Kritik itu, di antaranya mempermasalahkan prosedural revisi UU MK dan UU Penyiaran yang dianggap memberangus kebebasan pers.
Megawati, lanjut Ray, juga mengkritik rencana pembengkakan kabinet Prabowo-Gibran atas nama pembangunan. Juga soal langkah polisi yang mulai lebih dekat dengan politik dibandingkan sebagai aparat keamanan yang profesional.
Megawati juga sempat menyebut beberapa lembaga yang dibangun pada masanya menjadi Presiden RI kelima pada 2001-2004, seperti KPK dan MK, tapi dewasa ini justru dilemahkan.
“Dengan sikap ini, tak perlu ada lagi keraguan, PDIP mengoposisi. Dan, putusan ini sangat tepat. Perwujudan dari penghormatan PDIP atas suara rakyat yang memilih mereka. Teguh memegang amanah bagian penting dari menegakkan politik bermartabat, nilai yang hampir hilang dalam kultur politik Indonesia saat ini,” tutur Ray.
Menurutnya, posisi PDIP sebagai oposisi itu sekaligus menghidupkan kembali politik dan demokrasi dianggap terasa kembali bermakna.
“Setelah luluh lantak oleh zigzag politisi mengejar kekuasaan atas nama rekonsiliasi, silaturahmi, atau sederet istilah kamuflase lainnya, yang pada akhirnya bertujuan saling berbagi kekuasaan, dan emoh jadi di barisan oposisi,” pungkas Ray. [wip]