ISLAMTODAY — Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan tentang empat faktor yang bisa menyeret Indonesia ke jurang krisis ekonomi. Oleh karenanya prinsip kehati-hatian harus diutamakan dalam mengelola keuangan.
Berikut empat hal yang berpotensi memicu krisis ekonomi di Indonesia, menurut Sri Mulyani:
- Kebijakan Moneter Bank Sentral di AS-Eropa. Kedua bank tersebut menerapkan kenaikan suku bunga yang berakibat kepada seluruh dunia.
Indonesia perlu jeli melihat ke Amerika misalnya ketika The Fed menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi Amerika. Lebih lanjut apapun kebijakan ekonomi Amerika akan berpengaruh terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
“Kalau Federal Reserve naikkan suku bunga lebih agresif itu seperti orang pakai antibiotik… Tinggal lihat siapa kena dulu, apakah penyakitnya dulu inflasi (menurun) atau growth-nya (pertumbuhan ekonomi menurun) sebagai eksesnya. Bisa aja growth-nya duluan yang kena,” kata Sri Mulyani.
2. Kondisi Geopolitik Global, konflik antar negara bisa berpengaruh terhadap masalah ekonomi. Misalnya Ukraina dan Rusia, dan yang terbaru antara Taiwan dan China.
“Kedua saya mau sampaikan yang sulit diprediksi adalah perang (kondisi geopolitik). Kemarin di Ukraine, sekarang dekat-dekat kita nih, Taiwan,” tutur Sri Mulyani.
3. Krisis akibat perubahan iklim, perlu mendapatkan perhatian serius dari Indonesia. Sudah cukup banyak negara di dunia yang mengalami krisis pangan akibat kekeringan.
“Ketiga shock yang bakal terjadi adalah climate change. Coba kita lihat, beberapa negara sudah banyak yang mengalami masalah kelaparan. Madagaskar kekeringan, negara Afrika itu banyak yg kekeringan. Di India aja bisa 41 derajat celcius, itu mematikan,” ungkap Sri Mulyani.
4. Disrupsi teknologi juga menjadi ancaman serius bagi ekonomi Indonesia. Misalnya adanya uang digital dan uang kripto.
“Teknologi yang akan shaping the future. Di sektor keuangan saja, (misalnya) muncul digital currency, relatively kita harus aware dengan kemungkinan dinamika yang terjadi tiap saat di sini atau globally,” ujar Sri Mulyani.