ISLAMTODAY — Pernyataan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim tentang ‘shadow organization’ atau tim bayangan dalam Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) menuai reaksi keras dari para tokoh dan pakar.
Pengakuan Nadiem dalam forum internasional tentang adanya tim bayangan beranggotakan 400 orang itu banjir kecaman. Mau tak mau dia pun harus mempertanggungjawabkan pernyataannya itu di depan DPR.
Nadiem dalam rapatnya dengan DPR pada Senin (26/9) mengaku jika tim tersebut adalah tim khusus IT dari vendor yang bergerak dibawah naungan Telkom. Vendor tersebut diberi nama GovTech Edu.
Tim tersebut mulai bekerja sejak tahun 2020, mereka pun telah berhasil mengeluarkan sejumlah produk. Beberapa produk yang didapat dari mekanisme tender itu diantaranya ada Merdeka Mengajar, ARKAS, SIPLah, Kampus Merdeka, Rapor Pendidikan dan Belajar.id.
Seluruh anggota tim GovTech Edu itu merupakan para profesional di bidang pengembangan IT. Banyak dari mereka yang berasal dari beberapa start up ternama seperti Gojek, Grab, Bukalapak, Traveloka, Zalora, hingga OVO.
“Jadi menurut saya ini satu model manajemen publik, manajemen pemerintah, yang dikekola secara bisnis atau manajemen perusahaan. Cukup tergantung pada CEO-nya,” ungkap Pengamat pendidikan, Mohammad Abduhzen dilansir dari bbcindonesia (28/9).
Direktur Direktorat Pendidikan Vox Populi Institute Indonesia, Indra Charismiadji memberikan peringatan keras agar Nadiem segera mengundurkan diri. Ia dinilai tidak fokus pada upaya pembangunan manusia Indonesia, dan hanya fokus pada pengembangan aplikasi.
“Tugas dia, bukan membangun aplikasi. Tugas dia membangun manusia kan. Membangun SDM,” tutur Indra.
“Jadi, kalau dia membangga-banggakan aplikasi yang dibuat, jadi sebetulnya dia disorientasi. Itu yang sebetulnya, dia mengundurkan diri, atau pak Presiden mengganti,” tegasnya.
Tim tersebut saat ini tengah dalam Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).