ISLAMTODAY — Catatan utang Indonesia dalam enam bulan terakhir terus mengalami kenaikkan. Sejak bulan Mei lalu, utang RI tembus hingga Rp 7.002, 24 triliun dan terus naik hingga mendekati Rp 7.500 triliun. Berikut ini list utang Indonesia dalam kurun waktu enam bulan terakhir yang ditulis oleh Kementerian Keuangan lewat Buku APBN KiTA: Jumlah utang Indonesia hingga 31 Mei 2022 mencapai Rp 7.002,24 Triliun. Jumlah tersebut setara dengan 38,88% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Berdasarkan jenisnya utang didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) dengan besaran mencapai 88,20% dari total utang. Lalu sisanya, yakni sebesar 11,80% berasal dari pinjaman. Utang dalam bentuk SBN terdiri atas utang rupiah dan mata uang asing. Masing-masing senilai Rp 4.934,56 triliun dan denominasi valuta asing mencapai Rp 1.241,27 triliun. Berikutnya pada akhir Semester I tahun 2022, per 30 Juni jumlah utang Indonesia naik menjadi Rp 7.123,62 Triliun. Rasio utang pun mengalami kenaikkan dari 38,88 persen menjadi 39,56 persen. Dominasi utang dari jenis SBN juga terjadi pada periode bulan Juni yakni Rp 6.301,88 triliun. Utang SBN Rupiah Rp 4.992,52 triliun dan SBN Valas Rp 1.309,36 triliun. Memasuki Semester II bulan Juli 2022 utang Indonesia juga mengalami kenaikkan menjadi Rp 7.163,12 Triliun.
Pada periode ini rasio utang RI terhadap PDB mengalami penurunan dibandingkan Juni dari 39,61 persen menjadi 37,91 persen pada bulan Juli. Berdasarkan jenis utang, utang bulan Juli didominasi oleh SBN yang nilainya mencapai Rp 6.339, 64 triliun atau setara dengan 88,50 persen. Sementara berdasarkan jenis denominasi rupiah angkanya mencapai 5.033,99 triliun. Memasuki bulan kedua di Semester II, bulan Agustus 2022 utang RI kembali mengalami pembengkakan menjadi Rp 7.236,6 Triliun naik Rp 73 triliun dibandingkan bulan Juli. Sementara rasio utangnya juga mengalami kenaikan menjadi 38,3 persen.
Mayoritas dari utang pemerintah berbentuk SBN dengan komposisi 88,79% dari total utang atau Rp 6.425,55 triliun. Dari jumlah tersebut sebagian besar berasal dari denominasi rupiah yakni Rp 5.126 triliun, utang dari jenis valas mengalami penurunan sebesar Rp 6,6 triliun menjadi Rp 1.299 triliun. Berikutnya pada bulan September 2022 utang Indonesia kembali naik menjadi Rp 7.420,47 triliun. Utang dengan dominasi dari jenis SBN juga mengalami kenaikan menjadi 89,04% setara dengan penerbitan SBN sebesar Rp 6.607,48 triliun.
Berdasarkan denominasi mata uang, SBN Domestik sebesar Rp 5.242,33 triliun dan SBN Valas atau valuta asing sebesar Rp 1.365,15 triliun. Rasio utang terhadap PDB juga mengalami kenaikkan dari 38,3 persen menjadi 39,30 persen. Terakhir pada bulan Oktober 2022 Rp 7.496,70 triliun, naik Rp 76,23 triliun dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar Rp 7.420,47 triliun.
Pada periode ini utang dari jenis SBN mengalami penurunan menjadi 88,97% dan sisanya sebesar 11,03% berupa pinjaman. Utang dari jenis SBN mengalami kenaikkan Rp 6.670,13 triliun, dalam bentuk domestik sebesar Rp 5.271,95 triliun. Sementara utang SBN dalam bentuk valas berdenominasi dolar AS sebesar Rp 1.398,18 triliun. Sementara berdasarkan rasio utang terhadap PDB mengalami penurunan menjadi 38,36%. Utang Indonesia juga turut dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah yang terus melemah dalam selama periode enam bulan terakhir.