ITD NEWS — Kunjungan provokatif Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir ke situs tersuci ketiga Islam telah menuai kritik dan kecaman keras dari seluruh dunia Muslim dan sekitarnya. Türki telah bergabung dengan banyak negara dalam mengutuk keras kunjungan Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir ke kompleks Masjid Al Aqsa Yerusalem Timur yang diduduki. Beberapa negara dan tokoh yang juga mengutuk penyerbuan ini adalah Arab Saudi; Yordania; Qatar; Kuwait; Hizbullah; PM Israel Benjamin Netanyahu; PM Palestina Mohammad Shtayyeh; Duta Besar AS untuk Israel, Thomas Nides; Inisiatif Nasional Palestina; Hamas; dan Pejabat Parlemen Israel, Ofer Cassif Kujungan tersebut merupakan sebuah langkah yang memicu kemarahan luas dari warga Palestina yang melihatnya sebagai “provokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Selasa (3/1/2023), Ankara mengatakan, “Kami prihatin dan mengutuk tindakan provokatif Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir terhadap Masjid Al Aqsa di bawah perlindungan polisi Israel.”
Ankara meminta Israel untuk bertindak secara bertanggung jawab untuk mencegah provokasi yang akan melanggar status dan kesucian situs keagamaan di Yerusalem dan menyebabkan eskalasi di wilayah tersebut. Sebelumnya pada hari Selasa (3/1/2023), menteri keamanan ekstrem kanan memasuki kompleks dan menyatakan bahwa pemerintah Israel “tidak akan menyerah pada ancaman Hamas” terhadap memasuki situs tersuci ketiga Islam. Selain makna religiusnya, Masjid Al Aqsa dipandang sebagai simbol perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel.
Sebagai bangunan yang paling dikenal di Yerusalem, telah berulang kali menjadi sasaran pasukan keamanan Israel, serta kelompok garis keras yang mengklaim juga memiliki hak untuk beribadah di situs tersebut. Pada bulan Desember, puluhan pemukim Israel juga memaksa masuk ke kompleks Masjid Al Aqsa untuk merayakan hari raya Yahudi Hanukkah. Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat kompleks itu berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Itu menganeksasi seluruh kota pada tahun 1980, dalam suatu langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional. Menjelang penyerbuan hari Selasa (3/1/2023), pemimpin oposisi Israel dan mantan PM Yair Lapid telah memperingatkan Ben-Gvir bahwa rencananya dapat menyebabkan kekerasan. Bahkan mereka menyebutnya sebagai provokasi sengaja yang akan membahayakan nyawa.