ITD NEWS — Sebuah video beredar di media sosial yang memperlihatkan beberapa tentara Ukraina membakar kitab suci Islam, Al-Qur’an.
Tindakan tersebut memicu kemarahan, dan disamakan dengan salah satu alat khas kebijakan Nazi.
“Selain itu, hal ini diyakini merupakan provokasi, dan manifestasi dari perilaku ofensif yang disengaja terhadap pihak lawan,” ungkap pengacara Iran dan pakar hukum Ali Mehrpour Lashkenari kepada Sputnik.
“Ini selalu menjadi salah satu alat kebijakan Nazi: menghina dan mempermalukan musuh. Seseorang dapat mengingat banyak kasus serupa dalam sejarah Jerman dan Italia fasis, ketika taktik ini digunakan secara luas,” ungkap Ali Mehrpour Lashkenari, seperti dilansir dari Sputniknews, Ahad (19/3/2023).
Berdasarkan Resolusi No. 1418 Dewan Hak Asasi Manusia PBB, yang mengutuk setiap tindakan yang ditujukan untuk penghinaan atau diskriminasi atas dasar agama, orang hampir tidak dapat mengharapkan langkah seperti itu dalam kaitannya dengan Angkatan Bersenjata Ukraina, kata pengacara Iran tersebut.
“Bias politik dan sentimen anti-Rusia tidak mungkin mengizinkan Dewan Hak Asasi Manusia dan lembaga PBB lainnya untuk memasukkan masalah ini ke dalam agenda dan memberikan penilaian yang tepat.”
“Menggunakan halaman-halaman Alquran untuk menyalakan api adalah keji dan menjijikkan,” ungkap ilmuwan politik Afghanistan Yahya Chawosh.
Menurut Mehmet Perinçek, peradaban Eurasia kuat dan “memiliki sumber daya yang diperlukan untuk menghancurkan rencana blok Atlantik untuk menciptakan dunia unipolar dan, sebaliknya, membentuk tatanan dunia yang setara dan adil.”
“Penodaan Al-Qur’an oleh tentara Ukraina seperti itu merupakan manifestasi ideologi Nazi yang dirancang untuk menabur kebencian,” ungkap analis politik Suriah Osama Dannura.