ITD NEWS — Wacana dua paslon capres yang diusung oleh lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) beberapa waktu lalu menuai reaksi dari sejumlah tokoh dan pengamat. Mereka menyoroti sepak terjang lembaga think thank di setiap periode pemerintahan sejak era orde baru (Orba).
“(CSIS) sering menggunakan isu Islam-phobia supaya bernilai di mata yang kuasa. Jadi ndak aneh, parah nih,” imbuhnya.
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie mengungkapkan jika pernyataan dari pendiri CSIS, Jusuf Wanandi tentang Pilpres 2024 dua paslon hanya akan menguntungkan kelompok oligarki. Padahal tmbahan calon lain selain Ganjar, Airlangga-Zulkifli yang selama ini dianggap kubu istana akan semakin menambah positif tatanan demokrasi di Indonesia.
“Dari satu sisi saya sepakat dengan dia menolak 3 periode atau penambahan masa jabatan. Tapi untuk 2 capres agak sulit,” kata Jerry dilansir dari RMOL, 28 Mei 2023.
“Koalisi besar akan menguntungkan kelompok oligarki menjalankan aksinya. Justru saya menilai ini akan lebih baik dan positif dalam tatanan demokrasi,” jelasnya.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat, Rachland Nashidik mengungkapkan pendapatnya tentang adanya pujian Jusuf Wanandi terhadap Presiden Jokowi yang turut andil dalam seleksi calon capres/cawapres. Pandangan ini dinilai sesat dan perlu dibantah.
“Jusuf Wanandi CSIS memuji upaya Jokowi menyeleksi siapa boleh jadi Capres dan siapa jangan sebagai ‘keberanian’. Pandangan ini sesat dan perlu dibantah,” ujar Rachland dilansir dari gelora, 29 Mei 2023.
“Ini kritik saya pada pendiri think tank yang dulu salah satu pilar penting kekuasaan tiranik Soeharto,” tandasnya.
Sementara itu Pengamat Politik, Rocky Gerung menyinggung soal genealogi CSIS yang pada masa orde baru berupaya mengendalikan politik dengan biaya yang fantastis. Yang awalnya memusuhi komunis dan akhirnya berubah memusuhi Islam.
“Kita mau buka ini sebagai problem supaya anak muda juga ngerti bahwa asal-usul dari CSIS adalah lembaga think tank yang didesain untuk konten komunis pada awalnya. Kemudian berubah untuk konten Islam radikal di orde baru,” tutur Rocky.06:44