IslamToday
No Result
View All Result
  • Today
  • Nasional
  • Ulas Nusa
  • Smartizen
  • Internasional
  • Qur’an Quotes
  • Mozeik
  • Today
  • Nasional
  • Ulas Nusa
  • Smartizen
  • Internasional
  • Qur’an Quotes
  • Mozeik
No Result
View All Result
IslamToday
No Result
View All Result
Goresan Dakwah Sunan Bonang Melalui Tembang ‘Tombo Ati’

Foto: Tempat Wisata Pro

Home Ulas Nusa

Goresan Dakwah Sunan Bonang Melalui Tembang ‘Tombo Ati’

Jumat, 28 Feb 2020 • 12:59
Reading Time: 6 mins read
by Islam Today
  • Islam Today

(IslamToday ID) — Salah satu anggota Walisongo yang dikenal memiliki pengaruh luas ialah Sunan Bonang.  Agus Sunyoto dalam bukunya Atlas Wali Songo, secara terperinci mencatat bahwa nasab Sunan Bonang menyambung sampai dengan Rasulullah Muhammad SAW melalui jalur Fatimah Azzahra.

Nama asli beliau adalah  Makhdum Ibrahim. Ia lahir di Tuban, pada tahun 1465 M. Ayahnya bernama Raden Rahmat atau lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel, dan ibunya bernama Nyai Ageng Manila. Tidak sendirian, Sunan Bonang juga mempunyai beberapa kakak yaitu Nyai Patimah (Fatimah), Nyai Wilis alias Nyai Pengulu, dan Nyai Taluki atau lebih dikenal dengan nama Nyai Gedeng Maloka, serta juga memiliki seorang adik bernama Raden Qosim yang kelak lebih dikenal dengan sebutan Sunan Drajat.

Selain memiliki empat saudara seibu, Sunan Bonang Juga memiliki beberapa saudara lain ibu, diantaranya adalah; Dewi Murtosiyah yang kemudian diperistri Sunan Giri dan Dewi Murtosimah yang diperistri Raden Fattah. Adapun dari ibu yang lain pula, Sunan Bonang bersaudara dengan Syeh Mahmud, Syeh Saban, Nyai Mandura dan Nyai Supiyah. Jadi jumlah anak Sunan Ampel adalah sembilan orang yang kesemuanya telah disebutkan secara urut dalam Babad Ing Gresik.

Jejak Ilmu

Sementara itu, Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam bukunya Fakta Baru Walisongo, menyampaikan bahwa dalam proses menimba ilmu, Sunan Bonang belajar tentang pengetahuan dan ilmu agama dari ayanya sendiri yaitu Sunan Ampel. Beliau belajar bersama santri-santri yang lain seperti Sunan Giri, Raden Patah dan Raden Kusen. Setelah belajar agama bersama ayahnya, maka saat memasuki usia yang cukup, beliau melanjutkan pelajaran agama Islam ke tanah seberang yaitu negeri Pasai bersama teman santrinya Raden Paku atau Sunan Giri.

Keduanya menambah ilmu pengetahuan kepada Syekh Usalam alias Awalul Islam alias Maulana Ishaq, ayah kandung Sunan Giri. Selama di Pasai, kedua remaja tersebut tak hanya berguru dengan satu orang, tetapi sesuai arahan sang guru, mereka juga belajar dari ulama-ulama termashyur lain yang ada di negeri Pasai.

Baca JugaPostingan Lainnya

Mengenal Sosok Sayyid Abdurrahman Bin Abdullah Al Habsyi atau Habib Cikini Di Tanah Batavia

Jejak Dakwah dan Islamisasi Syekh Ibrahim Mufti di Minangkabau

7 Makanan Khas Minang, Jejak Islamisasi Minangkabau

Jejak-jejak Ilmuwan Islam Masa Keemasan

Setelah selesai menimba ilmu di Pasai, kemudian Sunan Boang melanjutkan perjalananya menuju tanah suci untuk berhaji dan juga menimba ilmu dari para ulama-ulama besar di Makah. Kebenaran Informasi terkait proses keilmuan yang dilakukan oleh Sunan Bonang juga diamini oleh dua peneliti asing yaitu Gunning dan Dr. Schrieke. Mereka menyebutkan bahwa Sunan Bonang adalah orang yang sangat menguasai bahasa Arab. Hal ini juga diperkuat dengan adanya ulasan pada Het Book van Bonang  yang menyebutkan bahwa ajaran-ajaran Sunan Bonang hanya diambil dan bersumber dari kitab-kitab karangan ulama besar Timur Tengah dan beraliran Ahlu Sunnah Wal Jamah.

Dikenal sebagai seorang yang alim, Sunan Bonang menguasai beberapa disiplin ilmu diantaranya; Al Quran, Hadits, Fiqih, Tasawuf, Kesenian, Sastra, Arsitektur, bahkan  ilmu silat yang sangat mahir serta menguasai berbagai bahasa seperti Arab, Jawa, Melayu, Persia dan Cina.

Foto: Flickr

Kiprah Dakwah

Sepulang dari tanah suci dan negeri Pasai, Sunan Bonang dan Sunan Giri kembali ke Tanah Jawa. Sunan Giri menuju ke wilayah Gresik dan mendirikan pesantern yang dikenal luas sebagai Giri Kedathon. Sementara, Sunan Bonang diperintahkan oleh ayahnya untuk berdakwah di daerah Tuban, Pati, Madura bahkan hingga Pulau Bawean.

Dengan keilmuan Sunan Bonang yang cukup mumpuni serta kepandainnya dalam melantunkan ayat suci Al-Quran, pada masa pemerintahan Sultan Abdul Fattah, Sunan Bonang juga pernah diangkat sebagai Imam Masjid agung Demak. Selain itu, beliau ternyata juga berperan penting dalam proses pendirian Masjid utama Kesultanan Islam pertama di Jawa tersebut, yaitu dengan menyumbangkan salah satu sakaguru sebagai penyokong utama bangunan.

Di Demak, ketika masih menjabat sebagai Imam, beliau tinggal di Desa Bonang yang letaknya tak jauh dari kota praja. Agus Sunyoto kembali dalam bukunya Atlas Wali Songo mendasarkan alasan ini sebagai musabab kenapa Raden Makdum Ibrahim kemudian dipanggil dengan sebutan Sunan Bonang yang bermakna guru suci yang berkedudukan di Bonang.

Namun tak lama berselang, jabatan Imam Masjid Agung Demak ditinggalkannya, dan kemudian menetap di daerah Lasem yang masuk wilayah Rembang. Beliau digantikan oleh seorang alim lain yang bernama Ibrahim dan kemudian digelari Pengeran Karang Kemuning. Pangeran Karang Kemuning ini diketahui bukanlah orang Jawa, melainkan seorang alim yang berasal dari Negeri Atas Angin atau wilayah Timur Tengah.

 Dakwah Melalui Seni Rakyat

Dalam berdakwah Raden Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang sering menggunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka. Sunan Bonang memahami bahwa dakwah melalui kesenian adalah suatu cara yang tepat, maka beliau menggunakan kesenian Jawa sebagai wasilah dakwahnya antara lain melalui wayang dan gamelan.

Sunan  Bonang berhasil mengubah pola bunyi gamelan Jawa yang kala itu masih kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Beliau menambahkan sebuah elemen instrumen dalam gamelan Jawa.

Instrumen dari logam itu berbentuk seperti mangkuk terbalik dengan tonjolan bagian tengahnya. Instrumen tersebut kemudian diberi nama Bonang. Setiap Raden Makhdum Ibrahim membunyikan alat musik tersebut pasti banyak penduduk yang berdatangan ingin mendengarkan sekaligus menyaksikannya.

Dengan cara inilah Raden Makhdum Ibrahim menyebarkan ajaran agama Islam kepada rakyat. Setelah rakyat bersimpati maka beliau menyisipkan ajaran-ajaran Islam kepada mereka. Karena beliau sering menggunakan alat kesenian bonang dalam berdakwah maka masyarakat memberinya gelar Sunan Bonang.

Tembang Tombo Ati

Tembang-tembang yang diajarkan oleh Raden Makhdum Ibrahim berisikan nilai-nilai keislaman sehingga tanpa terasa penduduk sudah mempelajari agama Islam dengan senang hati tanpa paksaan. Salah satu tembang yang diciptakan oleh Sunan Bonang yang paling banyak diketahui orang adalah Tombo Ati/Penyembuh Hati. Adapun, lirik dan maknanya adalah sebagai berikut :

 

Tamba ati iku limo sakwarnane,

Kaping pisan Maca Qur’an angen-angen sak maknane,

Kaping pindho salat wengi lakonana,

Kaping telu wong kang sholeh kumpulana

Kaping papat kudhu wetheng ingkang luwe,

Kaping lima zikir wengi ingkang suwe,

Salah sawijine sapa bisa anglakoni

Mugi-mugi gusti Allah nyembadani

Artinya :

Obat hati itu ada lima perkara,

Pertama, membaca Al-Qur’an dengan mengerti artinya,

Kedua, mengerjakan sholat malam (sholat Tahajud),

Ketiga, sering bersahabat dengan orang sholeh (berilmu),

Keempat, harus sering berprihatin (puasa),

Kelima, sering berdzikir mengingat Allah pada waktu malam

Bila salah seorang bisa melakukannya,

Semoga Allah mengijabahi

Perlu diketahui, bahwa terciptanya tembang Tombo Ati ini tak lepas dari penguasaan literasi keIslaman Sunan Bonang yang luas. Dari hasil kajian dewasa ini, Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam bukunya Fakta Baru Walisongo menyimpulkan, bahwa lirik tembang Tombo Ati tersebut diambil Sunan Bonang dari salah satu ajaran ulama besar yang berasal dari Timur Tengah pada abad ke-3 Hijriah bernama Ibrahim bin Ahmad, biasa pula dipanggil dengan Abu Ishaq al-Khawwash. Imam an-Nawawi pernah mengutip qaul/pesan Ibrahim al-hawwash ini dalam salah satu bab pada kitab al-Adkar an –Nawawi.

Selain piawai dalam berdakwah melalui berbagai tembang-tembang dan lakon pewayangan yang penuh dengan nilai-nilai ke-Islaman. Sunan Bonang juga dikenal sebagai Wali yang cukup produtif dalam menulis kitab. Diantara kitab-kitabnya yang terkenal adalah Primbon Bonang.

Kitab ini berisi ajaran-ajaran hidup sebagai seorang muslim baik yang mengatur pola berperikehidupan, akhlak hingga laku spiritual seperti sholat, dzikir, puasa dan lain sebagainya. Selain Primbon Bonang juga ada, Suluk Wujil yang berisi tentang ajaran mengenal hakikat Allah SWT atau bisa dibilang kitab tentang aqidah. Selanjutnya, ada pula kitab Ilmu Tasawuf yang berjudul Tanbihul Ghofilin.

Sebagai catatan, karya-karya yang ditulis Sunan Bonang tersebut sebagian besar ditulis dalam bentuk dialog antara murid dan Guru. Sementara literatur yang digunakan sebagai rujukan oleh beliau Sunan Bonang anatara lain: Ihya’ Ulumuddin dari Imam Al Ghazali, Tahmid dari Imam Abu Syaur as-Salimi serta kitab Talkhis al-Manhaj dari Imam an-Nawawi.

Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi. Sunan Bonang meninggal di Desa Lasem Jawa Tengah. Jenazahnya diambil oleh santri-santri Sunan bonang yang berasal dari Madura dan akan dibawa kesana. Namun, ditengah perjalanan tepatnya di perairan Tuban perahu para santri kandas dan pada akhirnya Sunan Bonang dimakamkan di Tuban.

Merasa tidak puas, karena didorong kecintaan mereka terhadap sang Guru, akhirnya para santri itu diizinkan membawa kain kafannya saja untuk dibawa pulang. Sehingga makam Sunan Bonang yang sering diziarahi masyarakat ialah makam yang berada di Tuban.

Ada tiga tempat yang menjadi lokasi makam Sunan Bonang. Lokasi pertama yaitu makam di belakang Masjid Agung Tuban, Jawa Timur. Di tempat ini juga terdapat bangunan sederhana “Astana Masjid Sunan Bonang”. Di dekat Astana tersebut letak makam Sunan Bonang.

Lokasi kedua, yakni petilasan di sebuah bukit di pantai utara Jawa, antara Rembang dan Lasem. Di tempat ini hanya terdapat pasujudan saja, tempat ini dalam tutur lisan rakyat digunakan oleh Sunan Bonang untuk mengajarkan ilmu agama Islam kepada murid-muridnya, serta digunakan sebagai tempat khusus untuk bermunajat kepada Allah SWT.

Lokasi ketiga, makam Sunan Bonang di Tambak Kramat, Pulau Bawean. Di tempat ini diyakini bahwa hanya kain kafan Sunan Bonang yang di makamkan.

Penulis: Muh Sidiq HM

Editor: Tori Nuariza

 

 

 

 

ADVERTISEMENT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share :
Tags: Dakwah Sunan BonangDakwah WalisongoIslam di TubanJejak Keilmuan Sunan Bonangkesultanan demakLirik Tombo AtiMasjid Agung DemakRaden Makdum IbrahimSosok Sunan BonangTembang Tombo Ati

Jejak Peradaban

IMAM ABU HANIFA, MUJTAHID YANG TEGUH DI HADAPAN PENGUASA
Jejak Peradaban

IMAM ABU HANIFA, MUJTAHID YANG TEGUH DI HADAPAN PENGUASA

Ahad, 03 Okt 2021 • 21:30
ATH-THABARI, ULAMA & GURU PARA MUFASSIR
Jejak Peradaban

ATH-THABARI, ULAMA & GURU PARA MUFASSIR

Senin, 20 Des 2021 • 07:44
JEJAK KETURUNAN ABBASIYAH DI NUSANTARA | EKSPEDISI AL QURAN EPS 12
Jejak Peradaban

JEJAK KETURUNAN ABBASIYAH DI NUSANTARA | EKSPEDISI AL QURAN EPS 12

Selasa, 14 Sep 2021 • 22:00
KEMAJUAN INDUSTRI TEKSTIL AWAL ISLAM | JEJAKNYA HINGGA NUSANTARA
Jejak Peradaban

KEMAJUAN INDUSTRI TEKSTIL AWAL ISLAM | JEJAKNYA HINGGA NUSANTARA

Rabu, 01 Sep 2021 • 19:31
“Madinatussalam” Baghdad, Kota Kosmopolitan, “Jantung Peradaban Dunia”
Jejak Peradaban

“Madinatussalam” Baghdad, Kota Kosmopolitan, “Jantung Peradaban Dunia”

Sabtu, 31 Jul 2021 • 17:09
Komplek Makam Mahligai, Jejak Islamisasi di Barus
Jejak Peradaban

Komplek Makam Mahligai, Jejak Islamisasi di Barus

Jumat, 02 Jul 2021 • 21:18

Related Posts

Mengenal Sosok Sayyid Abdurrahman Bin Abdullah Al Habsyi atau Habib Cikini Di Tanah Batavia

Mengenal Sosok Sayyid Abdurrahman Bin Abdullah Al Habsyi atau Habib Cikini Di Tanah Batavia

Senin, 28 Agu 2023 • 17:39
Jejak Dakwah dan Islamisasi Syekh Ibrahim Mufti di Minangkabau

Jejak Dakwah dan Islamisasi Syekh Ibrahim Mufti di Minangkabau

Senin, 10 Jul 2023 • 11:43
7 Makanan Khas Minang, Jejak Islamisasi Minangkabau

7 Makanan Khas Minang, Jejak Islamisasi Minangkabau

Selasa, 14 Jun 2022 • 06:20
Jejak-jejak Ilmuwan Islam Masa Keemasan

Jejak-jejak Ilmuwan Islam Masa Keemasan

Jumat, 10 Jun 2022 • 22:00
Tiga Tokoh Islam dibalik Misi Diplomasi Indonesia-Mesir Tahun 1947

Tiga Tokoh Islam dibalik Misi Diplomasi Indonesia-Mesir Tahun 1947

Kamis, 09 Jun 2022 • 22:00
Para Ulama Dibalik Perumusan Pancasila dan UUD 1945

Misteri Hilangnya Naskah Pidato Ki Bagus Hadikusumo dari Buku Risalah Sidang BPUPKI

Rabu, 01 Jun 2022 • 22:00

Ulas Nusa

Mengenal Sosok Sayyid Abdurrahman Bin Abdullah Al Habsyi atau Habib Cikini Di Tanah Batavia
Ulas Nusa

Mengenal Sosok Sayyid Abdurrahman Bin Abdullah Al Habsyi atau Habib Cikini Di Tanah Batavia

Senin, 28 Agu 2023 • 17:39
Jejak Dakwah dan Islamisasi Syekh Ibrahim Mufti di Minangkabau
Ulas Nusa

Jejak Dakwah dan Islamisasi Syekh Ibrahim Mufti di Minangkabau

Senin, 10 Jul 2023 • 11:43
7 Makanan Khas Minang, Jejak Islamisasi Minangkabau
Ulas Nusa

7 Makanan Khas Minang, Jejak Islamisasi Minangkabau

Selasa, 14 Jun 2022 • 06:20
Jejak-jejak Ilmuwan Islam Masa Keemasan
Ulas Nusa

Jejak-jejak Ilmuwan Islam Masa Keemasan

Jumat, 10 Jun 2022 • 22:00
Tiga Tokoh Islam dibalik Misi Diplomasi Indonesia-Mesir Tahun 1947
Ulas Nusa

Tiga Tokoh Islam dibalik Misi Diplomasi Indonesia-Mesir Tahun 1947

Kamis, 09 Jun 2022 • 22:00
Para Ulama Dibalik Perumusan Pancasila dan UUD 1945
Ulas Nusa

Misteri Hilangnya Naskah Pidato Ki Bagus Hadikusumo dari Buku Risalah Sidang BPUPKI

Rabu, 01 Jun 2022 • 22:00

Nasional

Satgas Damai Cartenz Usut MeninggalnyaPegawai Honorer di Yahukimo, Dugaan Mengarah ke Kelompok Bersenjata

2 jam ago
0

ASEAN di Persimpangan: Negosiasi Tarif AS & Bayangan Pengaruh China

ASEAN di Persimpangan: Negosiasi Tarif AS & Bayangan Pengaruh China

2 jam ago
0

Lee Jae-myung Menangi Pilpres Korsel, Kim Min-soo Mengaku Kalah

Korsel Beri Bantuan Uang Tunai ke Warganya 21 Juli, Keluarga Hampir Miskin Dapat Bantuan Tambahan

3 jam ago
0

Ilustrasi kekerasan seksual terhadap perempuan. Foto: Doc. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).

Komisi XIII DPR Minta LPSK Maksimalkan Perannya Dalam Lindungi Perempuan dan Anak

3 jam ago
0

31 Tentara Israel Tewas Akibat Tembakan Kawan Selama Serangan Darat di Gaza

31 Tentara Israel Tewas Akibat Tembakan Kawan Selama Serangan Darat di Gaza

3 jam ago
0

BNPT Sebut Radikalisme dan Teroisme Bukan Monopoli Satu Agama

BNPT: Jemaah Islamiyah Tinggal Sejarah, Negara Hadir Membina Eks Anggota

4 jam ago
0

Next Post
“Kampus Merdeka” Nadiem Buka Liberalisasi?

“Kampus Merdeka” Nadiem Buka Liberalisasi?

IslamToday

No Result
View All Result

Kategori

  • Analisis
  • Bingkai
  • Documentary
  • Histori
  • Infografis
  • Internasional
  • Jejak Peradaban
  • Nasional
  • onReport
  • Qur'an Quote
  • Smartizen
  • Ulas Nusa

Connect With Us

Facebook Instagram Youtube Youtube
Twitter
TikTok
VK

Pos-pos Terbaru

  • Satgas Damai Cartenz Usut MeninggalnyaPegawai Honorer di Yahukimo, Dugaan Mengarah ke Kelompok Bersenjata
  • ASEAN di Persimpangan: Negosiasi Tarif AS & Bayangan Pengaruh China
  • Korsel Beri Bantuan Uang Tunai ke Warganya 21 Juli, Keluarga Hampir Miskin Dapat Bantuan Tambahan

© 2019 - 2022 Islam Today All Right Reserved

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
  • Karir
  • Aplikasi
  • ←
  • Custom channel Custom Link