Islam Today ID – Situs Bongal di Desa Jago-jago Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah, ditengarai 200 tahun lebih tua di banding Barus.
Dugaan ini didasarkan pada sejumlah temuan di yang menunjukan adanya eksistensi peradaban maju pada abad ke 7 Masehi di kawasan Situs Bongal.
“Fragmen kayu dan jaringan ijuk yang kami kirim untuk dianalisis sudah hasilny tahun kemarin. Keluar angka tahunnya 663 sampai 778 masehi, ini Berati kisaran abad ke 7-8 masehi,” ungkap Dr. Ery Soedewo, Peneliti Balai Arkeologi Sumatera Utara (Balar Sumut) dalam Pemaparan Hasil Sementara Penelitian Situs Bongal di Desa Jago-jago Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah, Jumat (29/1/2021).
Paparan ini merupakan tindaklanjut dari riset dan ekskavasi yang dilakukan Balar Sumut sejak 19 Januari 2021. Riset dan Ekskavasi Situs Bongal merupakan hasil kerjasama Balar Sumut dengan PT Media Literasi Nesia.
Menurut Ery, Situs Bongal adalah kawasan yang maju. Bahkan, menjadi pusat aktivitas internasional.
“Kawasan sekitar Situs Bongal dahulunya maju dan menjadi pusat aktivitas masyarakat dari berbagai penjuru dunia,” kata Ery Jumat (29/1/2021).
Hal ini didukung berbagai temuan yang berhasil diidentifikasi selama proses eskavasi. Diantaranya berupa fragmen keramik China, fragmen kaca dan tembikar timur tengah.
Sebelumnya ada pula temuan warga berupa koin era Bani Ummayah hingga Abbasiyah hingga wadah kalam dari Timur Tengah.
“Penelitian ini juga mengarah pada penafsiran ulang mengenai kapan awal mula masuknya Islam ke Nusantara, karena dari temuan-temuan awal telah banyak dijumpai artefak dunia Islam yang usianya lebih awal dari yang ada di kawasan Barus”, pungkas Ery.
Lebih Tua Dari Barus
Sejarawan Uimed, Ichwan Azhari mengatakan, dalam kajian sejarah eksistensi Kawasan Bongal di Desa Jago Jago ini sebelumnya tidak diketahui. Sebab, dalam banyak peta pelayaran internasional kawasan ini tidak tertulis.
Kalaupun ditemukan yang ada ialah kawasan Barus. Dengan beragam temuan yang ada di Situs Bongal, Icwan yakin jika di tahun 600-an atau abad ke-7 Masehi, Situs Bongal yang berada wilayah Jago Jago ini merupakan sebuah kawasan yang sangat maju.
“Barus belum ada. Makanya peta-peta itu kalau masih ada Barusnya itu artinya masih relatif lebih belakangan daripada situs ini,” ujar Ichwan.
Terlebih lanjut Ichwan, analisis temuan di situs itu telah menunjukan adanya eksistensi peradaban maju di Situs Bongal, jauh sebelum Barus.
“Ini sudah akurat, sudah mutlak sudah dikirim ke laboratorium di Amerika ke sana. Sudah gak bisa bantah lagi 85 persen, tahun 600 . Jadi mutlak ada kehidupan di situ tahun 600,” terangnya.
Ia menduga, telah terjadi sebuah bencana tsunami purba yang memicu hilangnya kehidupan di kawasan Situs Bongal, Jago Jago. Selain bencana tsunami, hilangnya kawasan ini akibat adanya sedimentasi setinggi dua hingga tiga meter.
“Dulu 1500 tahun yang lalu itu semua laut, karena kawasan ini terjadi sedimentasi tertimbun dua sampai tiga meter. Jadi kita menemukan secara kebetulan jejak kota yang hilang ini dari aktifitas pertambangan emas yang dilakukan warga,” pungkas Ichwan.
Cagar Budaya Nasional
Kepala Balar Sumut, Dr Ketut Wiradnyana menilai, Situs Bongal sangat layak menjadi Cagar Budaya Nasional.
“Ini sangat layak menjadi cagar budaya, tidak hanya provinsi saja tapi ke nasional karena lingkup temuan yang ada di sana lingkup aktivitas yang pernah terjadi di sana itu secara global (internasional),” ujar Ketut di acara tersebut.
Ketut menambahkan, potensi arkeologis situs Bongal sangat penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Terlebih beragam peninggalan arkeologis yang berasal dari Timur Tengah sangat dominan di situs tersebut.
“Berbagai peninggalan-peninggalan arkeologis yang dari Timur Tengah itu banyak kita temukan di sini. Artinya situs ini sangat penting dalam konteks ilmu pengetahuan sangat penting dalam konteks ideologis, nantinya dalam konteks pengembangan karakter masyarakat,” tuturnya.
Komitmen
Bupati Tapanuli Tengah Bakhtiar Ahmad Sibarani, mendukung riset Situs Bongal yang dilakukan Balai Arkeologi Sumatera Utara (Balar Sumut) dan PT Media Literasi Nesia.
“Saya Bupati Tapanuli Tengah, bersama jajaran dan masyarakat Tapanuli Tengah, mendukung penelitian ini.” ujar Bakhtiar kepada IslamToday, Jum’at (29/1/2021).
Ia berterimakasih atas riset yang telah dilakukan, sehingga berhasil menemukan fakta sejarah baru. Menurutnya, penelitian Situs Bongal memiliki arti penting bagi masyarakat Tapanuli Tengah. Sebab, menyuguhkan bukti eksistensi Tapanuli Tengah di dunia internasional pada masa silam.
Bakhtiar berjanji akan melakukan berbagai langkah strategis untuk melanjutkan riset terkait Situs Bongal. Ia juga akan menggalang dukungan agar kawasan itu dapat ditetapkan sebagai cagar budaya sekaligus objek wisata baru.
“Saya dalam waktu dekat akan menyurati pihak-pihak terkait, baik itu dinas Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini Gubernur, DPRD, menteri bahkan presiden untuk meminta dukungan agar bisa dikembangkan menjadi objek wisata dan lain sebagainya,” tutur Bakhtiar
Ia juga meminta agar pihak Polda Sumut, beserta Pangdam Bukit Barisan untuk ikut serta mengamankan situs Bongal. Ia juga menghimbau masyarakat di Tapanuli Tengah melindungi kawasan Situs Bongal. (Kukuh/Arief)