ISLAMTODAY ID — Prof. Raghib As-Sirjani melalui bukunya yang berjudul ‘Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia’ menyebut bahwa peradaban Islam telah mempersembahkan sistem terbaik dan moderat mengenai tata cara pemilihan pemimpin.
Salah satu mekanisme pemilihan inovatif yang dilakukan oleh Umat Islam terdahulu yang masih digunakan hingga saat ini ialah sistem syura atau musyawarah.
Namun demikian peradaban Islam tidak hanya meninggalkan itu saja, hal ini terbukti terlihat dalam mekanisme pelihan empat khalifah utama.
Musyawarah
Model pertama pemilihan pemimpin ialah ketika memilih calon pengganti Rasulullah. Saat itu kaum Anshar berkumpul di Saqifah Bani Saidah bersama tiga tokoh terkemuka dari kalangan kaum Muhajirin. Tiga tokoh itu ialah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khathab dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Keputusan akhir dari pertemuan mereka ialah terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Menurut Prof. Raghib apa yang mereka lakukan tidak bisa ditemukan bandingannya dalam peradaban-peradaban lainnya di dunia ini. Terutama dalam pemilihan pemimpin.
Meskipun terdapat perdebatan sengit dalam musyawarah namun hasil akhirnya dengan terpilihnya Abu Bakar Ash-Siddiq menunjukan betapa kaum Anshar sangat memperhatikan kompetensi seseorang daripada kesukuan mereka.
“Jika kita mengetahui bahwa pemimpin yang terpilih ini (Abu Bakar Ash-Siddiq) berasal dari cabang yang paling lemah dari kabilah Quraisy, yaitu Taim,” tutur Prof. Raghib.
Penunjukan
Metode kedua peninggalan peradaban Islam dalam sistem perpolitikan ialah penunjukan langsung yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Siddiq kepada Umar bin Khathab.
Prof. Raghib menyebut metode ini bukan pemaksaan terhadap umat Islam. Sebab ketika ini terjadi Abu Bakar telah lebih dulu melalui pemilihan bersama atas tawaran Abu Bakar.
Kisah ini terungkap dari sebuah kitab karya Ath-Thabari berjudul Al-Umam wa Al-Muluk, yakni
“Pada dasarnya Abu Bakar telah menemui segenap umat Islam ketika menderita sakit yang mengantarkannya menghadap kepada Sang Pencipta. Kemudian ia berseru kepada mereka, “Apakah kalian menerima jika aku menunjuk penggantiku untuk kalian? Karena demi Allah, sesungguhnya aku berkata demikian bukan karena kebingungan dan bukan karena aku ingin mengangkat orang yang memiliki hubungan kerabat denganku. Sesungguhnya aku telah melihat Umar bin Khathab. Karena itu, hendaklah kalian mendengarkan perintahnya dan mentaatinya.” Kemudian seluruh umat Islam yang hadir mengatakan, “Kami mendengar dan mentaati.”
Sebelum peristiwa di atas terjadi Abu Bakar lebih dulu meminta pertimbangan para sahabat, sehingga ketika hari itu tiba mereka pun bisa menerima usulan Abu Bakar. Sebut saja Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan. Mereka berdua diminta memberikan pendapatnya tentang sosok Umar bin Khattab.
“Pengangkatan Umar bin Khathab sebagai Amirul Mukminin layaknya kesepakatan umat Islam terhadap pencalonan yang diusung oleh khalifah pendahulunya,” terang Prof Raghib.
Mekanisme Pemilu Internasional
Mekanisme pemilihan ketiga yang diterapkan oleh Umar bin Khathab ialah salah satu inovasi terbesar yang dipersembahkan oleh peradaban Islam. Khususnya sistem perpolitikan internasional seiring meluasnya wilayah kekuasaan Islam.
Khalifah Umar memilih enam sahabat utama dari orang-orang terkemuka pada masa Rasulullah, baik mereka yang tinggal di Madinah maupun di luar Madinah.
Mereka nama-nama yang dipilih selanjutnya dimusyawarahkan oleh anggota dewan perwakilan rakyat, “ahlul halli wal aqdi”. Meskipun sebenarnya ada tujuh kandidat. namun Umar mencoretnya sebab adanya hubungan kekerabatan. Sehingga ada enam nama saja yang terpilih menjadi kandidat calon penggantinya.
“Umar tidak ingin melimpahkan urusan Umat Islam tersebut kepada salah seorang dari anggota keluarganya atau yang memiliki hubungan kekerabatan dengannya. Umar tidak ingin dimintai pertanggungjawaban hanya karena salah satu dari anggota keluarganya,” ungkap Prof. Raghib berdasarkan kitab karya Ath-Thabari berjudul Al-Umam wa Al-Muluk.
Pada masa Umar dengan terpilih Utsman Bin Affan inilah kali pertama terjadinya rivalitas antar kandidat. Sebab, enam orang yang terlibat di dalamnya ialah sahabat utama yang telah dijamin Rasullullah akan masuk surga.
Nama-nama tersebut ialah Utsman bin Affan dari Bani Umayyah, Ali bin Abu Thalib dari Bani Hasyim. Sementara dari Bani Az-Zuhri ada dua kandidat yakni Abdurrahman bin Auf dan Sa’ad bin Abi Waqqash.
Nama berikutnya ialah Az-Zubair bin Al-Awwam dari Bani Asad. Nama yang keenam ialah sosok Thalhah bin Ubaidillah dari Bani Taim. Adapun nama yang dicoret oleh Umar bin Khathab karena hubungan kekerabatan dengan dirinya ialah Said bin Zaid bin Amr bin Nufail.
Situasi Darurat
Mekanisme keempat ialah pada masa terpilihnya Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Yakni mempertimbangkan pentingnya mengangkat sosok pemimpin di tengah-tengah situasi mendesak seperti tragedi yang saat itu terjadi di tengah-tengah umat Islam. Meskipun demikian hal yang tidak bisa lepas ialah tetap mengedepankan prinsip musyawarah dan pembaiatan.
“Mekanisme-mekanisme ini terbentuk dalam waktu yang berbeda-beda dan dengan berbagai peristiwa yang melingkupinya, dimana mekanisme-mekanisme ini dapat diterapkan dalam keadaan damai dan tenang dan ketika terjadi perang dan timbulnya tragedi. Mekanisme dalam memilih pemimpin ini membuktikan elastisitas syariat Islam dan juga kemampuan peradaban Islam dalam merespon berbagai situasi,” pungkas Prof. Raghib.
Penulis: Kukuh Subekti / Redaktur: Tori Nuariza