ISLAMTODAY ID—Bangsa Barat dibuat takjub dan terpesona akan dengan kualitas dan perkembangan sastra era peradaban Islam. Kedatangan Islam di Andalusia, Spanyol menjadi sumber inspirasi bagi kemajuan sastra di sana.
Para penyair Spanyol sangat mengakui akan keindahan majas, tema-tema kepahlawanan dan perjuangan dalam sastra Arab sebagai sesuatu yang menarik. Fakta ini diakui langsung oleh penulis ternama Spanyol, Abaniz.
“Sesungguhnya bangsa Eropa tidak mengenal syair-syair kepahlawanan, tidak memperhatikan etika-etikanya, dan semangat perjuangannya sebelum datangnya orang Arab ke Andalusia dan menyebarnya para pejuang dan pahlawan mereka ke belahan selatan,” kata Abaniz dalam buku Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia karya Prof. Raghib As-Sirjani.
Pengaruh ini salah satunya ditandai dengan hadirnya kitab Thauq Al-Hamamah karya Ibnu Hazm. Kitab ini disebut-sebut memberikan pengaruh besar bagi para penyair Andalusia dan Spanyol bagian selatan.
Keagungan sastra Islam bahkan mampu mencuri perhatian Raja Spanyol. Pada masa kekuasaan Raja Sancho dari Kerajaan Kastilia misalnya, ia secara khusus mengundang penyair muslim ke istananya.
“(Raja Sancho) mengumpulkan tiga belas penyair Arab, dan dua belas penyair Kristen dan satu penyair Yahudi,” tutur Prof. Raghib.
Prof. Raghib menjelaskan tentang kedudukan sastra Arab bagi bangsa Barat, yang merupakan bagian dari kelompok elit, terutama istana. Hal ini terbukti dengan ditemukannya sebuah manuskrip di istana Raja Alfonso X dari Kerajaan Kastilia.
Manuskrip tersebut memuat gambar ilustrasi dua penyair yang sedang bernyanyi di istana kerajaan.
“Dua penyair yang sedang menyanyi bersama-sama dengan memakai gitar. Salah satunya penyair Arab dan yang lain penyair Kristen,” ungkap Prof. Raghib.
Keistimewaan Sastra Islam
Ilmu sastra dalam sejarah peradaban Islam memiliki keistimewaan tersendiri. Bagi bangsa Arab tradisi bersastra, khususnya bersyair telah ada jauh sebelum Islam datang.
Sastra Arab bisa jadi merupakan salah satu ilmu sosial yang perkembangannya hanya terpengaruh oleh agama Islam. Padahal kaum muslimin telah banyak mempelajari kitab-kitab sastra Yunani.
“Sastra Arab sama sekali tidak terpengaruh dengan karakter sastra Yunani, meski mereka menelaah sebagain kitab-kitab sastra Yunani seperti syair Aristoteles, Illiad dan Odyssey,” kata Prof. Raghib.
Ia menambahkan situasi yang terjadi justru sebaliknya, keberadaan sastra Arab era Islam justru meberikan pengaruh pada perkembangan sastra di Eropa.
“Bahkan sebaliknya, sastra Arab banyak mempengaruhi sastra Eropa,” imbuhnya.
Sastra dalam Islam seringkali dikaitkan dengan adab, meskipun tidak bisa dijelaskan secara rinci asal muasalnya. Faktanya perkembangan Islam di jazirah Arab telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakatnya.
Prof. Raghib menjelaskan tentang makna sastra, pada awalnya ialah agama yang ditunjukkan dalam sunnah, akhlak Rasulullah yang meliputi segala perbuatannya yang kemudian menjadi budaya masyarakat umum. Hal ini pada akhirnya akan berpengaruh pada berbagai bidang ilmu, termasuk di dalamnya kaidah-kaidah dan prosa.
Pengaruh Islam di dalam perkembangan sastra Arab terlihat dalam penggunaan syair. Syair pada era pra Islam seringkali disalahgunakan untuk memberikan sanjungan dan pujian berlebihan sehingga menimbulkan kefanatikan kabilah.
Kebiasaan saling membanggakan kabillah dengan syair inilah yang akhirnya ditentang oleh Islam. Tradisi bersyair pada masa jahiliyah seringkali memicu perang dan pertumpahan darah.
“Islam menunjukkan syair dengan tujuan yang baru. Islam memandang syair dengan penglihatan seimbang, mencela penyair-penyair munafik dan memuji penyair yang jujur,” ujar Prof. Raghib.
Perkembangan Syair Era Islam
Tradisi bersyair pada masa Islam mengalami banyak perubahan dan perkembangan, misalnya untuk sebagai media dakwah, menjadi sumber motivasi para mujahid. Para penyair ternama era awal peradaban Islam ialah Kaab bin Zuhair (26H/645M), Abu Dzuayib Al-Hadzli (27H/ 648M) dan Hasan bin Tsabit (54H/674M).
Syair pada Bani Umaiyah tidak hanya untuk dakwah saja melainkan menjadi sumber inspirasi untuk menguatkan kekuasaan terutama dari ancaman musuh Islam seperti Syiah, Khawarij dan Jabariyah. Syair dikembangkan dengan tujuan untuk menjaga akidah Islamiyah umat Islam yang memang menjadi fokus perhatian penguasa Islam saat itu.
Penyair-penyair muslim ternama era Bani Umaiyah diantaranya ialah A’sya Rabi’ah Abdullah bin Kharijah (100H/718M), Adi bin Ar-Riqa’ (95H/714M), Walid bin Abdul Malik, Jarir (110H/728M), Al-Farazdaq (110H/728M), dan Al-Akhtal (90H/708).
Syair era peradaban Islam mengalami perkembangan pesat pada masa daullah Abbasiyah. Objek-objek syair makin berkembang dan menguat terutama di bidang hukum, kezuhudan, sufi, filsafat, pengajaran dan kisah-kisah.
Mereka yang masuk dalam jajaran penyair ternama Abbasiyah ialah Basyar bin Bard (168H), Abu Nuwas (198H), Abu Tumam Habib bin Aus Ath-Tha’I (228H), Al-Bakhtari (284H), Ibnu Rumi (283H), Abu Thayyib Al-Mutanabi (354H).
Penulis: Kukuh Subekti