ISLAMTODAY ID—Muhammad Yunus Anis merupakan kader Muhammadiyah yang aktif berkarir di dunia militer. Namanya mungkin tak sepopuler Jenderal Soedirman, Panglima Besar TNI yang pertama.
Sosok Yunus Anis memiliki justru memiliki peran penting dalam membantu kerja sang jenderal. Ia adalah penasihat Jenderal Soedirman.
Kesalihan pribadinya membuatnya ditunjuk oleh Jenderal Sudirman menjadi Kepala Pusat Rohani TNI Angkatan Darat (Pusroh TNI AD) hingga tahun 1959. Tugas beratnya ialah membina mental dan spiritual para prajurit TNI agar memiliki akhlak terpuji.
Pada tahun 1958, Yunus Anis mendapatkan tugas untuk melakukan kunjungan 100 hari ke negara-negara sahabat. Terutama untuk melakukan studi banding tentang pembinaan keagamaan Islam kepada prajurit tentara.
Ia saat itu dipercaya sebagai Kepala Missi Pemeliharaan Rohani Imam Tentara Angkatan Darat (PRIAD) ke luar negeri. Pada tahun yang sama ia juga dipercaya sebagai Dosen Agama di Akademi Militer, Magelang.
Yunus Anis merupakan figur kader Muhammadiyah yang paripurna. Namanya tidak hanya dikenal sebagai seorang mubaligh dan Imam Tentara, ia juga seorang politisi muslim yang dihormati.
Selain dekat dengan Jenderal Soedirman, ia juga dikenal dekat dengan Jenderal A.H. Nasution. Pasca pembubaran Masyumi pada September 1960, umat Islam tidak memiliki perwakilan di parlemen.
Bukan hal yang mudah baginya, sebab pada saat yang bersamaan ia juga menjadi Ketua PP Muhammadiyah. Namun oleh A.H. Nasution ia disarankan untuk masuk ke parlemen melawan dominasi kalangan PKI di DPR GR.
Riwayat dan Jejak
Muhammad Yunus memiliki nama lengkap Letkol K.H. Raden, Muhammad Yunus Anis, ia lahir di Kauman, Yogyakarta pada 3 Mei 1903. Sejak kecil ia tumbuh di lingkungan yang religius, ayahnya adalah sahabat Kiai Haji Ahmad Dahlan. Pendiri Muhammadiyah.
Pendidikan formalnya pun dimulai dari sekolah Muhammadiyah, Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah di Yogyakarta. Setamat sekolahnya di Yogyakarta dia memutuskan merantau ke Jakarta.
Ia melanjutkan sekolah di sekolah milik ulama ternama Jakarta yang juga sahabat K.H. Ahmad Dahlan, Syaikh Ahmad Muhammad Sookarti yakni Al-Irsyad. Selain itu ia juga bersekolah di Al-Atas.
Aktif di Muhammadiyah
Yunus Anis muda memutuskan menjadi seorang mubaligh Muhammadiyah pada tahun 1924. Ia tercatat pernah menjadi pengurus Muhammadiyah di Jakarta selama tahun 1924 hingga tahun 1926.
Saat itu selain menjadi pengurus Muhammadiyah Cabang Batavia alias Jakarta, ia juga menjadi Ketua Bagian Pustaka (1924-1926). Karir organisasinya terus beranjak naik, ia dipercaya sebagai Sekretaris Cabang Muhammadiyah Jakarta (1927-1934) dan Ketua Umum Cabang Muhammadiyah Jakarta (1934-1937).
Pada saat yang hampir bersamaan ia juga melakukan safari dakwah (1928-1930). Mulai dari Aceh, Padang pada tahun 1928, Gorontalo (1929), Alabio hingga Kalimantan Selatan.
Kiprahnya di Muhammadiyah tidak hanya disibukkan dengan agenda dakwah keliling. Ia juga melakukan pembinaan terhadap kader-kader muda Muhammadiyah di Hizbul Wathan.
“Penggemblengan jiwa kepanduan ditanamkan secara mendalam, sehingga Hizbul Wathan merupakan generasi Muhammadiyah yang dapat diandalkan. Pemudapemuda yang berjiwa agresif dan kreatif dibina dengan dasar ke-Islaman sehingga mereka di kemudian hari diharapkan menjadi generasi penerus yang cakap dan terampil yang dilandasi dengan iman tegus dan kuat,” ungkap Suratmin dalam H. M. Yunus Anis Sebagai Mubaligh Muhammadiyah.
Pada tingkat pengurus Muhammadiyah Pusat, ia dipercaya sebagai Sekretaris PP Muhammadiyah periode 1949-1959 lalu menjadi Ketum PP Muhammadiyah periode 1959-1962. Ia seorang organisatoris yang cukup sukses, pada masanya jumlah cabang meningkat cukup drastis dari 1835 menjadi 2740.
Penulis: Kukuh Subekti