ISLAMTODAY ID— Isu kesehatan mental dalam beberapa tahun terakhir menjadi topik pembicaraan yang hangat dibicarakan. Penetapan hari kesehatan mental, sudah dimulai sejak 10 Oktober 1992.
Masalah kesehatan mental dalam sejarah peradaban Islam juga sangat penting. Ilmuwan muslim era Abbasiyah banyak yang mengkaji persoalan ini.
Bahkan, Dinasti Abbasiyah mendirikan rumah sakit yang dilengkapi bangsal kejiwaaan pada tahun 705 M.
Dinasti Abbasiyah melakukan berbagai hal untuk menangani masalah Kesehatan mental. Salah satunya dengan mendirikan rumah sakit dan bangsal khusus bagi penyakit jiwa di Baghdad, pada tahun 705.
Jika dunia barat baru memiliki rumah sakit jiwa pertama 1784, dunia Islam lebih dahulu menggeluti persoalan kesehatan mental.
Tidak hanya itu, penerjemahan berbagai kitab pada masa Khalifah Al-Manshur (712-775M), juga mendorong berkembangnya ilmu kejiwaan pada masa Dinasti Abbasiyah.
Ilmuwan muslim terkemuka yang pertama kali membahas tentang kesehatan mental ialah Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl al-Bakhi. Ia lahir di Syamistian, Balkh, Afghanistan pada 235H/849M dan wafat pada 322H/934M.
Kajiannya tentang masalah kesehatan mental terangkum dalam Kitab Masalih al-Abdan wa al-Anfus, sebuah manuskrip yang kini tersimpan di Perpustakan Aya Shofia, Istambul, Turki. Manuskrip itu pertama kali diungkap oleh Fuat Seizgin, seorang profesor asal Frankfurt, Jerman.
Kitab Masalih al-Abdan wa al-Anfus
Kesehatan mental dalam dunia Islam dikenal dengan al-tibb al-ruhani dan al-tibb al-qalb. Sebuah konsep untuk menjelaskan apa itu pengobatan spiritual dan pengobatan kalbu.
Konsep tersebut terdapat dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus atau Makanan untuk Tubuh dan Jiwa. Kitab Masalih al-Abdan wa al-Anfus, manuskripnya tersimpan di Istambul.
Kitab itu ditulis dalam dua bab pokok, yakni Mashalih al-abdan (kesehatan badan) dan Masalih al-Anfus (kesehatan jiwa) yang masing-masing terdiri atas 14 bab dan 8 bab. Sebagai kitab psikologi pertama kitab tersebut dinilai telah sangat komprehensif, ilmiah dan sistematis.
Pembagian empat belas bab pertama itu terdiri atas batas/ ukuran keperluan tubuh yang harus dipenuhi dan manfaat yang diperolehnya, bab kedua berisi tentang deskripsi awal segala sesuatu mulai dari karakter, sifat manusia dan perkembangan tubuhnya.
Bab ketiga, membahas tentang pengaturan tempat tinggal terutama berkaitan dengan air dan udara, bab keempat, berbicara tentang suhu dan jenis pakaiannya, bab kelima tentang pengelolaan makanan, bab keenam tentang pengaturan minuman, bab ketujuh tentang pencahayaan matahari, bab kedelapan tentang aturan jam tidur, bab kesembilan tentang pengaturan bak mandi, bab kesepuluh tentang ventilasi udara.
Empat bab berikutnya, bab kesebelas tentang mengatur olahraga, bab kedua belas tentang olahraga dan gerak badan, bab ketiga belas yakni tentang mengatur pendengaran, bab keempat belas tentang mengatur pemulihan kesehatan.
Berikutnya bab tentang kesehatan jiwa yang dibagi dalam delapan bahasan. Pertama, membahas jumlah kebutuhan untuk mengelola kemaslahatan (kesehatan) jiwa; kedua manajemen pemeliharaan kesehatan jiwa; ketiga, manajemen pemulihan kesehatan jiwa saat sakit; keempat, melakukan klasifikasi dan membatasi berbagai gejala psikologis; kelima, mengelola dan meredam emosi; keenam, menghilangkan phobia dan panik; ketujuh, menghilangkan rasa depresi dan keluh kesah; kedelapan, mengatasi kegundahan hati dan mengatur bisikan hati.
Al-Bakhi merupakan ilmuwan pertama yang memberikan penjelasan bahwa penyakit gangguan mental bisa disembuhkan. Ia adalah ilmuwan pertama yang menjelaskan tentang ilmu neuroscience.
Sebuah cabang ilmu pengetahuan yang memiliki relasi antara anatomi, fisiologi, biokimia atau biologi molekul jaringan syaraf.
Menurut Elizabeth Diana Dewi dalam Profil Psikologi Muslim: Abu Zaid al-Bakhi, Al-Bakhi juga dikenal sebagai ilmuwan pertama yang menemukan psikologi kognitif dan medis. Psikologi kognitif ialah cabang ilmu psikologi yang menyelidiki proses kejiwaan internal (penyelesaian masalah, daya ingatan, dan bahasa).
Psikologi kognitif memiliki konsep penyembuhan berupa psikoterapi. Upaya persuasi untuk mempengaruhi gangguan emosi, perilaku dan kesadaran. Sementara psikologi medis ialah berkaitan dengan praktik pengobatan yang dilakukan oleh psikolog.
Al- Bakhi juga merupakan ilmuwan pertama yang berhasil membedakan antara sakit syaraf dan sakit jiwa.
“Dialah orang yang pertamakali membedakan antara sakit saraf (neurosis) dan sakit jiwa (psychosis), serta orang yang pertamakali mengklasifikasikan gangguan saraf (neurotic disorders) dan perintis terapi kognitif (cognitive therapy) dalam rangka mengkaji pengelompokan gangguan penyakit ini,” ungkap Elizabeth dikutip dari insistsid (18/06/2010).
Berdasarkan penyakit syaraf, ia membaginya dalam empat gangguan kesehatan mental. Pertama, ketakutan dan kegelihan; kedua, amarah dan penyerangan; ketiga, kesedihan dan depresi; keempat obsesi atau gangguan pikiran.
Al-Bakhi juga membagi depresi dalam tiga jenis yang terdiri atas normal, dari dalam tubuh dan luar tubuh.
Ia pun berpendapat pentingnya setiap individu untuk menjaga kesehatan pikiran dan perasaan secara berimbang.
“Jika badan sakit, jiwa pun akan banyak kehilangan kemampuan kognitifnya dan tidak bisa merasakan kenikmatan hidup’. Sebaliknya dia juga menjelaskan ‘Jika jiwa sakit, badan pun kehilangan keceriaan hidup dan bahkan badannya pun bisa jatuh sakit,” ungkap Elizabeth.
Penulis: Kukuh Subekti