ISLAMTODAY ID— Konsep tata kota dalam peradaban Islam merupakan salah satu hasil pemikiran yang diakui dunia. Barat bahkan menjadikan Madinah, Baghdad, Cordova sebagai kiblat pembangunan kota.
Lantas seperti apa dan bagaimana tata kota Islam? Berikut ini penjelasan Peneliti Sultanate Institute, Muhammad Furqon Faiz.
Penyampaian informasi Furqon ini berdasarkan hasil kajiannya terhadap kitab klasik berbahasa Arab, Al-Madinah Al-Islamiyah. Pembangunan perkotaan dalam peradaban Islam adalah hasil pemikiran yang menyeluruh.
“Jadi sebuah prinsip yang itu menyeluruh dan sekaligus rinci, banyak sekali sumber yang diperlukan,” kata Furqon dalam sebuah kesempatan belum lama ini kepada ITD.
“Dimulai dari siyasah, fiqih, hisbah, sejarah, geografi hingga moral,” terangnya.
Kenyamanan
Furqon menjelaskan sejumlah poin penting yang sangat diperhatikan dalam penataan kota Islam. Aspek kenyamanan penduduk membuat kota diatur sedemikian rinci, bahkan tidak dibenarkannya praktik penggusuran.
Penggusuran adalah hal yang sebisa mungkin dihindari, untuk mencegah adanya kemudharatan. Sumber-sumber kemudharatan yang berasal dari asap, suara bising, bau tidak sedap sengaja diletakkan di pinggiran kota.
“(Misal) pandai besi, pengrajin tembikar dipinggiran kota, jika terjadi pembangunan, perluasan maka posisi itu nggak boleh dipindah atau nggak boleh digusur. Karena ini adalah posisi yang sudah fix, kalau nggusur sama saja menimbulkan mudharat baru,” ujar Furqon.
Kenyamanan penduduk kota yang juga diperhatikan dalam tata kota Islam ialah privasi. Privasi setiap individu sangat dihormati, lokasi pasar, jalan hingga perkara pintu dan jendela rumah, juga diatur.
“Rumah itu kan privasi jadi, selain kehidupan pribadi yang perlu dijaga disitu adalah anggota keluarga yang perempuan,” kata Furqon Faiz.
“Mewujudukan hal itu salah satunya adalah pengaturan pintu dan jendela,” ujarnya
Jendela rumah diatur ketinggianya. Tinggi jendela terutama yang menghadap keluar atau jalan tingginya di atas tinggi rata-rata orang dewasa.
Ia menjelaskan pula tentang larangan membuat pintu saling berhadapan dalam kompleks rumah-rumah penduduk. Pintu masuk rumah pun dibuat tidak langsung masuk ke area ruang tamu.
“Pintu masuk rumah nggak langsung masuk ke ruang tamu biasanya setelah pintu (pertama) ada ruangan khusus, kemudian setelah ruangan ini ada pintu lagi baru ruang tamu,” ucap Furqon Faiz.
Aspek kenyamanan serta privasi anggota keluarga membuat rumah-rumah di Kota Islam memiliki halaman dalam. Jendela rumah yang menghadap ke jalan selain berpengaruh pada tingginya juga pada jumlahnya.
“Jendela yang menghadap ke jalanan sedikit daripada jendela yang menghadap ke dalam,” tutur Furqon Faiz.
Kiblat Tata Kota Barat
Keunggulan tata kota Islam juga diungkapkan oleh Muhammad Gharib Jaudah dalam bukunya ‘147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam’. Ia mengungkapkan bagaimana kota-kota di Eropa hingga Amerika mengadopsi tata kota Islam.
Gharib mengungkapkan kemajuan Cordova di Andalusia menjadi sumber inspirasi penting orang-orang Eropa. Kota Cordova pada abad ke-10 telah tumbuh sebagai kota maju, mengalahkan kota-kota lainnya di Eropa.
“Untuk menjelaskan kebesaran Qordova, kita cukup membandingkan bahwa jalan-jalan di kota Qordova telah dihiasi dan diterangi pada saat jalan-jalan di kota-kota Eropa lainnya penuh dengan kotoran,” ungkap Gharib.
Cordova bahkan telah menjadi kota Islam yang tertata. Fasilitas-fasilitas perkotaan telah memandai, mulai dari irigasi, air bersih, hingga layanan kesehatan telah didirikan.
Gharib menggambarkan bagaimana pemdangan yang kontras itu nampak jelas. Cordova besih dan tertata, sementara kota-kota lain di Eropa kumuh dan menjijikan.
“Pada saat (yang sama) kota-kota di Eropa mengalami keterbelakangan dan dipenuhi bau pesing, kotoran manusia dibuang di tengah jalan, yang justru menambah buruk pemandangan kota,” jelasnya.
Gharib mengungkapkan kemajuan kota Islam membuat bangsa Eropa belajar tentang teknik pembangunan kota. Ia mencontohkan tentang gaya arsitektur rumah Eropa yang mengadopsi rumah-rumah di Arab.
“Rumah-rumah di Eropa terpengaruh oleh gaya dan arsitektur rumah Arab yang memiliki halaman dalam. Dari halaman dalam inilah rumah dapat dibuka tanpa harus membuka bagian luarnya secara langsung,” tutur Gharib.
Gharib juga menambahkan tentang penggunaan warna cat tembok. Cat tembok warna putih yang menjadi ciri khas kota Cordova dibawa oleh orang-orang Spanyol ke Amerika.
“Pengaruh ini telah menyebar di Amerika Utara dan Selatan bersamaan dengan datangnya orang-orang Spanyol ke Amerika,” ujar Gharib.
“Hingga saat ini banyak kita jumpai kemiripan antara rumah orang muslim di Andalusia dengan rumah-rumah lama di wilayah Florida Amerika,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan pengaruh arsitektur rumah muslim tidak hanya berhenti di Florida saja bahkan sampai ke perkampungan di Meksiko.
Bangsa Barat tidak hanya meniru model rumah, mereka juga belajar membuat taman. Mereka belajar menanam pohon sebagai hiasan di halaman rumah mereka.
“Orang-orang Eropa belajar cara menanam pohon, tumbuh-tumbuhan, dan tanaman hias di halaman rumah mereka,” pungkasnya.
Penulis: Kukuh Subekti