“Pada abad ke-8 Hijriyah, sudah ada upaya untuk memalsukan dan mencampur kafur.”
Muhammad Furqon Faiz, Peneliti Sultanate Institute
ISLAMTODAY ID— Kafur termasuk dalam komoditi dagang yang mahal. Harganya bahkan setara dengan emas.
Mahalnya harga kafur menyebabkan munculnya oknum pedagang nakal beraksi dengan berbagai modus. Sejumlah modus nakal ini terungkap dalam kitab-kitab arab klasik terutama hasil catatan buku-buku Hisbah.
Hisbah salah satu institusi pengawas dan penegak peradilan era kekhalifahan Islam. Pasalnya harga kafur pada masa lalu sangat mahal bahkan setara dengan emas.
Muhammad Furqon Faiz, Peneliti Sultanate Institute mengungkapkan tentang cara-cara untuk membedakan kafur alami dan kafur campuran. Ia juga menjelaskan tentang bahan-bahan apa saja yang bisasanya digunakan untuk mencampur kafur.
Berikut ini catatan tentang campuran kafur dalam beberapa literatur Arab yang berjudul Ma’alim Al-Qurbah fi Thalab Al-Hisbah, Nihayah Ar-Rutbah fi Thalab Al-Hisbah dan Nihayah Ar-Rutbah fi Thalab Al-Hisbah Asy-Syarifah:
Jenis Campuran
Pertama, kafur dicampur dengan serpihan marmer. Kedua, kafur dicampur getah putih yang disaring. Ketiga, kafur dicampur dengan gipsum. Keempat, kafur dicampur dengan batu amoniak yang dipecah kecil-kecil. Kelima, kafur dicampur butiran wangi-wangi yang berbentuk mirip kafur. Keenam, kafur dicampur dengan kayu kastor dan beras kecil lancip. Ketujuh, kafur dicampur kulit kurma mentah yang telah ditumbuk halus seperti mentega.
Identifikasi Campuran
Cara mengidentifikasi kafur asli atau campuran ialah dengan mengujinya menggunakan air. Caranya bongkahan kafur dicelupkan ke air, jika mengapung berarti asli atau murni tanpa campuran.
“Jika tenggelam berarti pencampuran telah dilakukan,” kata Furqon Faiz pada diskusi rutin yang berlangsung pada Sabtu (22/01/2022).
Furqon menambahkan selain diuji di dalam air,kemurnian kafur juga bisa diuji dengan menggunakan kain. Bongkahan kafur dibungkus kain lalu dibakar.
“Jika kafur menguap tanpa meninggalkan bekas, berarti murni, jika dibakar menjadi abu berarti pencampuran,” ujar Furqon Faiz.
Sementara itu khusus percampuran air kafur dengan campuran pinus dan kulit kemenyan. Untuk mengetahui asli atau palsunya air kafur itu bisa diuji dengan diteteskan pada kain putih.
“Untuk mengetahuinya, air tersebut bisa diteteskan di atas selembar kain putih lalu dicuci. Jika bersih tak ada bekas berarti murni, jika meninggalkan bekas berarti telah dipalsukan,” terang Furqon Faiz.
Penulis: Kukuh Subekti