ISLAMTODAY ID— Turki Utsmani, Krimea, Rusia dan Laut Hitam memiliki sejarah kelam yang tak terlupakan. Ketiganya pernah terlibat dalam perseteruan demi perebutkan Laut Hitam.
Berikut ini riwayat singkat Kesultanan Utsmani dan Kekaisaran Rusia dalam memperebutkan Laut Hitam. Laut penghubung tiga benua Eropa, Afrika dan Asia.
Hakan Kırımlı dalam Ottoman Empire and the Crimean Khanate a Symbiotic Aliance or Veiled Rivalry mengungkapkan jika hubungan baik keduanya berlangsung sejak tahun 1475 M sampai tahun 1774 M. Keduanya sama-sama diuntungkan secara ekonomi dan keamanan.
“Selama periode ini, kepentingan bersama yang vital mengikat kedua negara bersama-sama dan mereka diuntungkan dari keberadaan satu sama lain,” ungkap Hakan seperti dikutip dari shc-stanford-edu pada 3 Maret 2022.
Relasi antara Utsmani dan Krimea berawal sejak kesuksesan Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih sukses menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Saat itu Sultan Mehmed diminta mengirimkan bantuan pasukan menyelesaikan konflik internal Krimea.
“Permintaan bantuan dari nama-nama terkemuka Krimea adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan bagi Sultan yang bertujuan untuk menguasai Laut Hitam sepenuhnya,” ujar Cuneyd Er, seorang kandidat doctor Universitas Leiden berkebangsaan Turki dalam Secret Agreement Between the Ottomans and Crimea.
Saat itu pasukan Utsmani dibawah komando Gedik Ahmed Pasha berperang melawan koalisi Venesia, Gonoa dan Kerajaan Theodoro. Keberhasilan pasukan Utsmani ini ditandai dengan merebut istana pada tahun 1475 M.
Hal senada juga ditegaskan oleh Niki Gamm dalam The Crimean and The Ottomans. Niki mengungkapkan tentang awal mula pengaruh Utsmani di Krimea. Semua berawal dari konflik perebutan kekuasaan anak-anak dari mendiang penguasa Krimea, Giray Khan.
“Kekuatan hans (sic) Krimea tidak luas, hampir tidak melampaui Krimea itu sendiri, tetapi dengan bantuan Ottoman mereka setidaknya dapat menghindari diserap oleh Muscovy… Mereka tetap menjadi penyangga Ottoman (Utsmani) utama untuk menjauhkan Rusia dari Laut Hitam selama dua abad lamanya,” ungkap Niki Gamm seperti dimuat dalam hurriyetdailynews pada 24 Maret 2014.
Penguasa Krimea pun mendapatkan sejumlah hak istimewa dari Utsmani. Diizinkan mencetak uang sediri, begitupun khutbah Jum’at di Krimea.
Krimea sendiri juga menikmati sejumlah hak istimewa dalam sistem administrasi pemerintahannya. Akan tetapi sejak tahun 1524 M, Utsmani memiliki hak veto untuk memilih penguasa Krimea langsung.
Kebijakan khusus yang diberikan kepada Krimea ini merupakan strategi untuk melanggengkan hubungan kedua belah pihak. Utsmani memerlukan bantuan Krimea untuk pasukan telik sandi, prajurit militer di semenanjung Balkan.
“Ottoman membutuhkan mereka untuk memasok pengintai dan kavaleri untuk serangan militer mereka yang sering ke negara-negara Balkan dan pertempuran dengan Polandia, Hongaria, dan Austria,” jelas Niki Gamm.
Dalam bidang perdagangan, Krimea memasok berbagai komoditi perdagangan seperti garam, biji-bijian, kayu, ikan, daging. Bahkan Krimea juga turut memasok budak terutama dari Polandia dan Lithuania.
Dendam Sejarah
Masuknya Rusia dalam pusaran konflik dengan Utsmani merupakan buntut dari dendam sejarah atas peristiwa kekalahan Rusia terhadap Krimea pada tahun 1571. Saat itu Krimea berhasil menyerbu Moskow.
“Krimea berhasil menyerang Muscovy dan sekutunya dan bahkan membakar Moskow pada tahun 1571 sebagai bagian dari upayanya untuk memperluas wilayahnya ke wilayah Kaspia-Volga,” ucap Niki Gamm.
Pada abad ke-17, kemenangan telak itu pun harus dibayar mahal dengan kekalahan telak Krimea dan Utsmani. Saat itu dari 120ribu prajurit Krimea, hanya 20ribu prajurit yang kembali dalam keadaan hidup.
“Ini adalah terakhir kalinya Ottoman dan Tatar (Krimea) berusaha menyerang utara Laut Hitam,” imbuh Niki Gamm.
Perjanjian Küçük Kaynarca mengakhiri perang sengit Utsmani dan Rusia yang berlangsung sejak tahun 1768 hingga tahun 1774). Perjanjian ini sangat menguntungkan Rusia, Krimea berada dipaksa tunduk pada Rusia pada tahun 1783.
Peristiwa ini diikuti dengan migrasi massal umat Islam Krimea ke Turki Utsmani. Rusia bahkan telah membakar istana Bakhchisaray pada tahun 1736.
Peperangan antara Utsmani dan Rusia tidak berhenti sampai di situ. Tujuh puluh tahun pasca perjanjian damai, keduanya terlibat perang sengit sejak tahun 1853 hingga tahun 1856.
Ambisi Rusia merebut pengaruh di Laut Hitam memang tak pernah terwujud. Utsmani mendapatkan dukungan dari sejumlah negara Eropa seperti Inggris, Prancis dan Jerman.
Konvensi Montreux tahun 1936 menjadi perjanjian laut internasional yang paling menentukan. Perjanjian yang ditandatangani oleh Australia, Bulgaria, Jepang, Inggris, Prancis, Rumania, Tuki, Yunani, dan Yugoslavia itu mengembalikan otoritas Laut Hitam kepadaTurki.
Penulis: Kukuh Subekti