ISLAMTODAY ID— Para ulama memiliki peran strategis dalam pemerintahan Islam, termasuk di Kesultanan Palembang Darussalam. Syeikh Abdus Shamad al-Palimbani misalnya, ia seorang ulama yang hidup pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803 M).
“Syeikh Abdussomad al-Palimbani aktif mengembangkan agama Islam pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803),” ungkap Nawiyanto dkk. dalam Kesultanan Palembang Darussalam.
Syeikh Abdussomad al-Palimbani juga termasuk ulama ternama di Masjidil Haram, Makkah. Pengaruhnya ini tersebar di kawasan Asia Tenggara sebut saja Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand Selatan hingga Filipina Selatan.
Ia adalah ulama yang cerdas dalam mendakwahkan Islam ke masyarakat di Nusantara. Kecerdasanya bis akita lihat dari banyaknya karya yang berbahasa Melayu.
Diantara delapan karyanya yang paling populer ialah Hidayatus Salikin fi Suluk Maslak al- Muttaqiin dan Siyarus Salikin ila Ibadat Rabb al- ‘alamin.
Syeikh Abdussomad al-Palimbani memiliki nama lengkap Syeikh Abdus Shamad bin Abdurrahman al-Jawi al-Palembani. Ia lahir di Palembang pada tahun 1150 Hijriyah atau tahun 1734 Masehi.
Ia mewarisi darah ulama dan bangsawan Kesultanan Palembang Darussalam dari ayahnya. Ayahnya, Abdurrahman merupakan putra dari Syaikh Abdul Jalil bin Abdul Wahab bin Ahmad Al-Mahdali seorang Mufti di Kesultanan Keddah.
Sedangkan nenek Syeikh Abdussomad al-Palimbani dari pihak ayah bernama Raden Ranti. Ia masih memiliki garis keturunan dari Sultan Muhammad Mansur yang berkuasa antara tahun 1706 sampai tahun 1714.
Syeikh Abdussomad al-Palimbani hidup pada masa Kesultanan Palembang Darussalam mencapai puncak kejayaannya pada periode abad ke-17 hingga abad ke-18. Palembang menjadi salah satu dari empat pusat kajian Islam terbesar selain Aceh, Banjarmasin dan Padang.
Kesultanan Palembang pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1757) menjadi pusat belajar di Nusantara. Banyak ulama-ulama dari jazirah datang ke Palembang.
Ia menyelesaikan pendidikan Al-Qur’an dan hafalannya dibawah asuhan Sayyid Hasan bin Umar Idrus. Pada usia sepuluh tahun Syeikh Abdussomad al-Palimbani telah hafal Al-Qur’an.
Syeikh Abdussomad al-Palimbani juga membekali dirinya dengan belajar ilmu beladiri. Sebuah tradisi yang sudah diwarisi sejak era kakek buyutnya yang bernama Pangeran Purbaya.
Masa pendidikan Syeikh Abdussomad al-Palimbani dilalui di Makkah selama dua puluh tahunan. Guru-gurunya terdiri atas Muhammad Sa’id bin Muhammad Sunbul (al-Syafi‟I al-Makki), Abd al-Gani bin Muhammad al-Hilal, Ibrahim bin Muhammad Zamzami al-Ra‟is (abu al-Fawz Ibrahim bin Muhammad al-Ra‟is al-Zamzami al-Makki), Muhammad bin Sulayman al-Kurdi (al-Syafi‟i), Sulayman bin Umar bin Manshur Ujayli (yang mashur dengan nama Jamal al-Din), dan Atha Allah bin Ahmad (al-Azhari al-Mashri al-Makki).
Delapan Kitab Karya Syeikh Abdus Shamad
Pertama Kitab Hidayatus Salikin fi Suluk Maslak al-Muttaqiin. Kitab berbahasa Melayu yang ditulis pada tahun 1778 M. Kitab ini tidak hanya merupakan terjemahan dari Bidayat Al-Hidayah karya Imam Al-Ghazali namun juga berisi komentar dari Syeikh Abdus Shamad.
Kedua, Kitab Siyarus Salikin ila Ibadat rabb al- ‘alamin yang ditulis pada tahun 1779. Terjemahan ke dalam bahasa Melayu dari Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.
Ketiga, Kitab Thufah Al-Raghibin fi Bayan Haqiqat Iman Al-Mu’minin. Kitab berbahasa Arab ini ditulisnya pada tahun 1774 M.
Kitab ini ditulis atas permintaan Sultan Baha’uddin untuk menghalau paham-paham keagamaan yang menyesatkan di wilayah Kesultanan Palembang.
Keempat, Kitab Nasihat al-Muslimin wa Tadzkirat al-Mu’minin fi Fadha’il Al-Jihad fi Sabilillah.
wa Karamat al-Mujahidin fi Sabilillah. Kitab berbahasa Arab tersebut merupakan kitab panduan jihad fi sabilillah yang ditulisnya pada tahun 1765. Kitab tentang Jihad fi sabilillah ini mengilhami para pejuang untuk jihad melawan Belanda.
Kelima, Kitab Zuhrat al-Murid fi Bayan Kalimat al-Tawhid. Kitab yang ditulis dalam bahasa Melayu ini ditulis pada tahun 1764 M. Kitab ini berisi tentang kajian-kajian tauhid.
Keenam, Kitab Al-Urwat al-Wutsqa wa Silsilat Uli al-Ittiqa. Kitab yang ditulis dalam bahasa Arab ini berisi wirid dan doa.
Ketujuh, Kitab Ratib Abdus Shamad, kitab berbahasa Arab ini berisi doa, wirid dan shalawat. Merupakan doa-doa yang dibaca oleh Syeikh Abdus Shamad setelah Shalat Isya.
Kedelapan, Kitab Zadd Al-Muttaqin fi Tawhid Rabb al- ‘Alamin. Kitab ini merupakan rangkuman ajaran tauhid yang diajarkan oleh Syaikh Muhammad bin Abd Al-Karim Al-Samani Al-Madani.
Penulis: Kukuh Subekti