ISLAMTODAY ID— Syeikh Maulana Malik Ibrahim atau lebih populer dengan Sunan Gresik merupakan ulama senior tanah Jawa. Ia seorang ulama yang disegani pada masa Kerajaan Majapahit.
Kepeloporan Sunan Gresik ini dimuat dalam Babad Gresik. Ia diyakini telah tiba di Gresik pada tahun 1371 M. Aktivitas dakwahnya di Gresik dilakukan hingga akhir hayatnya, ia dimakamkan di Desa Gapura, Gresik.
Tahun wafatnya menurut inskripsi nisannya yang dibaca oleh seorang peneliti Perancis, JP Moquette dalam De Datum op den Grafsteen van Malik Ibrahim te Grissee terungkap pada Senin, 8 April 1419 yang bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 822 H.
Melalui inskripsi batu nisannya juga terungkap kiprah besar dari Sunan Gresik. Ia tidak hanya seorang saudagar dan pendakwah namun juga penasihat raja, menteri hingga guru para pangeran.
Sunan Gresik merupakan tokoh terhormat yang berkedudukan tinggi selama periode Majapahit akhir. Ia adalah guru kebanggaan para pangeran (mafkharul-umara), penasehat raja dan para menteri (‘umdatus-salathin wal-wuzara), dermawan kepada fakir miskin (wa ghaisul-masakin wal-fuqara) dan yang berbahagia karena syahid (as-sa’id asy-syahid thirazu bahaid-dawlah wad-din).
Berikut kutipan lengkap, inskripsi batu nisan milik Sunan Gresik:
“Inilah makam almarhum al-maghfur, yang mengharap rahmat Allah Yang Maha Luhur, guru kebanggaan para pangeran, tongkat penopang para raja dan menteri, siraman bagi kaum fakir dan miskin, syahid yang berbahagia dan lambang cemerlang negara dalam urusan agama: al-Malik Ibrahim yang terkenal dengan nama Kakek Bantal, berasal dari Kashan. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan menempatkannya ke dalam surga. Telah wafat pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 822 Hijriah.”
Islamisasi Gresik
Daerah pertama yang disinggahi Sunan Gresik adalah Desa Sembalo, sebuah desa yang berjarak 3 km dari Desa Leran, tempat makam Fatimah binti Maimun ditemukan.
Menurut Agus Sunyoto dalam Atlas Walisongo, Sunan Gresik pertama kali mendirikan masjid di Desa Pasucian. Selain berdakwah, Sunan Gresik juga melakukan aktivitas perdagangan di pelabuhan Gresik.
Sebagai seorang saudagar, Sunan Gresik juga sempat singgah di ibukota Kerajaan Majapahit. Meskipun ajakannya untuk masuk Islam ditolak oleh Raja Majapahit, Sri Wikramawarddhana namun hubungan keduanya tetap harmonis.
Sunan Gresik bahkan dipercaya Raja Majapahit sebagai Syahbandar Gresik. Ia pun menerima sebidang tanah di Desa Gapura, Gresik untuk mendirikan pusat pengajaran Islam di Gresik.
Melalui Gresik inilah dakwah Islam segera menyebar ke berbagai pelosok Nusantara. Kader-kader dakwah Sunan Gresik atas izin Raja Majapahit melakukan dakwah di wilayah-wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
“Di Desa Gapura itulah Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren untuk mendidik kader-kader pemimpin umat dan penyebar Islam yang diharapkan dapat melanjutkan misinya, menyampaikan kebenaran Islam kepada masyarakat di wilayah Majapahit yang sedang mengalami kemerosotan akibat perang saudara,” ungkap Agus Sunyoto.
Nama lainnya menurut Prof. KH. R. Moh. Adnan ialah Raja Pandhita, seorang juru dakwah yang melakukan islamisasi tata nilai sosial budaya masyarakat setempat. Dalam bidang kesenian, ia merancang kain batik, tenun lurik hingga perlengkapan kuda.
“Raja Pandhita ing Gresik amewahi ing polanipun ing sinjang, sinjang batik, kaliyan sinjang lurik, saha amewahi ing wangsnipun kakapaning kuda,” ungkap Agus Sunyoto mengutip paparan Prof. Adnan.
Penulis: Kukuh Subekti