ISLAMTODAY ID— Kepakaran dan keahlian kaum muslimin di bidang astronomi menjadi sumbangan berharga dalam sejarah dunia. Sejumlah nama seperti Al-Battani hingga adalah tokoh-tokoh ilmuwan muslim yang berhasil memajukan dunia astronomi.
Al-Battani
Al-Battani seorang ilmuwan muslim diperkirakan lahir pada tahun 240 H bertepatan dengan 854 M. Ada juga yang menyebut ia lahir pada 264 H (878 M) dan tahun setelah 235 H (850 M).
Dua astronom lainnya yang diperkirakan salah satunya adalah guru Al-Battani adalah Ali bin Isa Al-Asthurlabi dan Yahya bin Manshur.
Sama seperti astronom muslim lainnya, ia juga turut membaca dan mengkritisi Kitab Almagest karya Ptolomeus.
Ibnu An-Nadhim dalam Al-Fihrisat menjelaskan jika pada tahun 306 H (918 M) Al-Battani melakukan penelitian astronomi.
Ia pernah bekerja di Istana Anthakiyyah, utara Suriah. Salah satu temuan berharganya ialah Teropong Al-Battani.
Al-Battani berhasil menemukan sejumlah hal penting: pertama berhasil mengoreksi temuan Ptolomeus dalam hal sudut kecondongan terbesar dan mengukur letak dinding matahari.
Kedua, berhasil memperbaiki keseimbangan musim panas dan musim dingin; ketiga, menghitung kecondongan bintang-bintang pada siang hari. Ia berhasil menghitung lamanya tahun masehi dengan sangat teliti yang diakui memiliki tingkat kesalahan sangat tipis 2 menit 22 detik.
Keempat, berhasil meneliti gerhana matahari dan bulan yang kemudian dijadikan rujukan Barat selama berabad-abad lamanya.
Kelima, membuktikan kemungkinan terjadi gerhana matahari saat matahari terbit. Keenam, menemukan tempat-tempat bintang dan mengoreksi temuan ilmuwan sebelumnya.
Ketujuh, berhasil membuat teori quwwatul asanid, menjelaskan dan menafsirkan perkembangan bulan ketika terbit. Kedelapan, menjelaskan titik ekor bumi.
Karya-karyanya yang terkenal di bidang astronomi adalah Az-Zaij Ash- Shabi tentang hasil pengamatan bintang-bintang di Ar-Raqqah pada tahun 287 H (900 M). Diakui sebagai kitab yang menjadi warisan astronomi paling penting dalam perkembangan astronomi modern.
Kitab astronomi lainnya adalah Risalah fi Tahqiqi Aqdari Al-Ittishalat, Kitab Ma’rifati Mathali Al-Buruj fi ma Baina Arba Al-Falak, Kitab Ta’dil Al-Kawakib, Syarah Arba’ Maqalat li Bathlimus, Kutub wa Rasa’il fi Ilmi Al-Jughrafiya.
Abu Al-Wafa Al-Buzjani
Abu Al-Wafa Al-Buzjani merupakan ilmuwan yang lahir di Al-Buzjan, Khurasan, Iran pada tahun 328 H (940 M). Semasa mudanya pada tahun 348 H (959 M) ia sempat tinggal di Baghdad untuk belajar, mengajar hingga meneliti bintang-bintang.
Karyanya yang terkenal di bidang astronomi adalah Kitab Al-Kamil tentang benda-benda langit, Kitab Marifatid Dairah Minal Falak, Kitab Al-Majisthi, Risalat Iqamat Al-Barahin Ala Ad-Dair Min Al-Falak Min Qausin Nahar Wa Irtifa’i Nishfin Nahar Wa Irtifa’i Al-Waqti.
“Abu Al-Wafa’ termasuk orang yang pertama kali memisahkan ilmu hitung trigonometri dengan ilmu astronomi. Dia juga mamPu memasukkan ilmu aljabar kepadanya yang secara teoritis tidakberpengaruh kepada ilmu astronomi,” ungkap Muhammad Gharib Jaudah dalam 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam yang mengutip pendapat Karel Pour ‘Tarikh Ar-Riyadhiyyat’.
Ibnu Yunus Al-Mishri
Ibnu Yunus Al-Mishri seorang astronom asal Mesir yang dikenal dengan hasil penelitiannya di Gunung Al-Muqaththam, Mesir pada tahun 977 M dan 978 M.
Ia seorang ilmuwan kelahiran Mesir pada tahun ke-4 Hijriyah yang bekerja di istana Dinasti Fatimiyyah pada masa Al-Aziz Billah.
Ibnu Yunus berhasil menghitung kecondongan daerah gugusan bintang-bintang dengan tingkat ketelitian yang mengagumkan.
Hasil peneropongannya kini dimanfaatkan oleh astronom Barat untuk menghitung gravitasi bulan.
Penemu bandul jam lebih awal daripada ilmuwan Italia, Galileo pada enam abad kemudian. Sementara kitab astronominya yang terkenal ialah Kitab Az-Zaij Al-Hakimi yang berisi tabel-tabel astronomi.
“Di antara isi buku ini juga adalah berupa penjelasan Ibnu Yunus mengenai cara yang digunakan oleh para astronom pada masa Khalifah Al-Ma’mun dalam mengukur lingkaran bola bumi,” jelas Gharib.
Kitab fenomenal ini pun menjadi rujukan utama para ulama Mesir dalam penentuan kalender Islam. Sayangnya manuskrip dalam kitab ini tercecer di perpustakaan di sejumlah negara.
Penulis: Kukuh Subekti