ISLAMTODAY ID— Kepeloporan kepemimpinan perempuan dalam sejarah Nusantara salah satunya dimulai oleh Kesultanan Samudera Pasai. Dia adalah Sultanah Malikah Nahrasyiyah.
Sultanah Nahrasyiya adalah ratu dari kerajaan Islam tertua di Nusantara yang berdiri sejak tahun 1267 M. Pada masa kekuasaan sang ratu, Samudera Pasai menjadi pusat perekonomian Asia Tenggara.
Perkembangan ekonomi yang pesat ini ditandai dengan beredarnya enam mata uang asing di wilayah Kesultanan Samudera Pasai. Pada periode yang sama, mata uang resmi di Samudera Pasai ialah koin dinar yang terbuat dari emas.
Informasi awal terkait Sultanah Nahrasyiyah terungkap dalam inskripsi sebuah nisan. Sebuah makam berinskripsi lengkap menunjukkan tentang wafatnya seorang ratu pada Senin, 17 Dzul Hijjah 831 Hijriah (26 September 1428).
Jejak sejarah ini bisa ditemukan di daerah Gampong Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Sebuah makam yang terbuat dari marmer dinilai sebagai makam terindah se-Asia Tenggara.
Dilansir dari laman resmi mapesaaceh.com disebutkan jika sosok Al-Malikah Al-Mu’azhzhamah (ratu yang dipertuan agung) Nahrasyiyah binti Zainal ‘Abidin bin Ahmad bin Muhammad bin Al-Malik Ash-Shalih merupakan penguasa yang sangat dihormati. Hal ini terlihat dari keindahan makamnya.
Sultanah ini juga memiliki gelar khusus atas kedermawanannya. Ia bergelar Ra Bakhsy Khadiyu yang artinya penguasa yang berhati pemurah.
Makam Sultanah Nahrasyiyah ini berdampingan dengan makam sang ayah, Sultan Zainak Abidin. Penguasa Kesultanan Samudra Pasai yang wafat pada tahun 1405 M.
Keterangan tentang Sultanah Nahrasyiyah, juga dimuat dalam situs resmi museumnasional.or.id. Makam Sultanah Nahrasyiyah merupakan salah satu makam tertua di Nusantara.
Salah satu indikasi tentang tuanya nisan ini dilihat dari tulisan aksara Arab dalam bahasa Arab dan Melayu kuno. Selain itu karakter tulisannya juga menunjukkan periode awal Islam.
“Nisan Sulthanah Nahrasyiyah dipenuhi aksara Arab berbahasa Arab dan Melayu Kuno dengan khat Kufi yang indah, yaitu kaligrafi Arab tertua yang berasal dari kota Kufah.”
Tulisan di nisan Sultanah Nahrasyiyah itu berbunyi:
“Inilah kubur wanita yang bercahaya yang suci, Ratu yang terhormat, Almarhumah yang diampunkan dosanya Nahrasiyah, putri Sultan Zainal Abidin putra Sultan Ahmad putra Sultan Muhammad putra Sultan Malik As-Shaleh. Kepada mereka itu dicurahkan rahmat dan diampunkan dosanya, mangkat dengan rahmat Allah pada hari Senin 17 Dzulhijah 831 H/ 1428.”
Selain itu di nisan juga terdapat tulisan kalimat syahadat, surat Yasin, ayat kursi, kutipan Surat Ali Imran ayat 18-19 dan Surat Al-Baqarah ayat 285-286.
Penulis: Kukuh Subekti