ISLAMTODAY ID— Mufradah Al-Baithar merupakan kitab pengobatan herbal paling legendari yang terbit pada abad ke12 Masehi. Kitab karya Ibnu Al-Baithar, pakar herbal Islam ini diakui Barat hingga abad ke-20 Masehi.
Ibnu Al-Baithar ilmwan hebat di bidang kedokteran. Ia adalah pakar herbal kelahiran Andalusia tahun 559 H atau bertepatan dengan 1193 M.
Ilmuwan muslim yang wafat pada tahun 646 H yang bertepatan dengan 1248 di Damaskus ini berhasil menemukan serbuk khusus untuk pengobatan bintik putih. Serbuk tersebut berasal dari tumbuhan Al-Khullah.
“Al-Khullah sejenis tumbuhan yang pohonnya manis untuk mengobati orang yang mengidap bintik putih kulitnya,” ungkap Muhammad Gharib Jaudah dalam 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam.
Cara menggunakannya ialah mencampur Al-Khullah dengan madu. Campuran tersebut lantas diminum.
Khasiat kedua produk herbal itu makin terlihat jika pasien mengimbanginnya dengan berjemur. Pasien diminta untuk berjemur selama satu sampai dua jam sampai berkeringat.
Ia dikenal sebagai dokter yang telaten dalam merawat setiap pasiennnya. Menurutnya jika penyakit bintik putih ini termasuk yang meninggalkan bekas di kulit.
“Warna kulit ini akan berubah normal kembali secara bertahap,” kata Gharib Jaudah.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam kasus tertentu penyakit ini juga sulit diobati. Terutama jika bintik-bintik ini semakin melebar dan bertumpuk-tumpuk.
Karya intelektualnya di bidang herbal diabadikannya dalam Kitab Al-Jami Li Mufradat Al-Adwiyyah Wa Al-Aghdziyyah. Kitab ini juga dikenal dengan nama Kitab Al-Jami Fi Al-Adwiyyah All-Mufradah.
“Buku ini merupakan ensiklopedi lengkap yang terdiri dari empat bagian dan secara khusus untuk mengobati berbagai macam penyakit sedang yang pengobatannya memerlukan fumbuh-tumbuhan, hewary dan mineral,” tutur Gharib Jaudah.
Kitab tersebut berisi dari berbagai catatan penting tentang pengobatan herbal dari 2.330 teknik pengobatan herbal. Jumlah tersebut merupakan hasil gabungan dari resep obat era Yunani dan era Islam.
Kehebatan Ibnu Al-Baithar ini makin terlihat dengan adanya 300 resep obat baru. Resep-resep pengobatan hasil temuannya itu ialah hasil eksperimennya sendiri.
Ia melalui kitabnya itu menjelaskan secara detail khasiat dari setiap bagian tumbuhan tertentu. Mulai dari bagian akar, daun, dahan, hingga bunga ataupun buahnya.
Masing-masing obat herbal diberi nama sesuai dengan nama dari setiap tanaman. Untuk memudahkan pemahaman setiap pembaca, nama-nama juga dituliskan berdasarkan nama asli dari tanaman tersebut.
Perlu digaris bawahi jenis tanaman yang ditulis oleh Ibnu Al-Baithar itu berasal dari sejumlah wilayah yang berbeda. Hal ini tentu berpengaruh pada penamaan tiap obat seperti dari Persia, Yunani hingga Spanyol.
Ibnu Al-Baithar dalam kitab herbalnya bahkan menuliskan tata cara pembuatan obat. Tidak hanya itu ia juga melengkapinya dengan menuliskan tata cara pemakaian setiap obat.
“Tidak diragukan lagi bahwa buku Al-Adwiyah Al-Mufradah merupakan salah satu pilar ilmu farmasi modern,” jelas Gharib Jaudah.
Kitab Mufradah Al-Baithar ini pertama kali dicetak dalam bahasa Latin pada abad ke-15 sebanyak 23 jilid. Animo masyarakat Barat terhadap karya ini sangat besar, bahkan kitab ini terus diterjemahkan pada abad ke-16 hingga ke-19.
“(Bahkan) tahun delapan puluhan pada abad yang sama, buku ini diterjemahkan lagi oleh seorang dokter dan orientalis Prancis bernama Leclere ke dalambahasa Prancis,” ujarnya.
Perjalanan Intelektual
Ibnu Al-Baithar mengawali studinya tentang tanaman herbal dari Kota Sevilla. Tidak hanya meneliti tanaman di Sevilla, ia juga melakukan penelitian ke berbagai wilayah seperti Marakisyi, Tunisia dan Al-Jazair.
Selain itu ia juga mengembangkan penelitiannya di dunia herbal dengan datang ke berbagai kota seperti Turki, Yunani, Italia, Damaskus. Kepakarannya di dunia herbal juga diakui oleh para penguasa muslim.
“Di (Mesir) dia diangkat oleh Sultan Al-Ayyubi Malik Al-Kamil sebagai kepala pengawas obat-obatan. Setelah itu, dia bekerja kepada putra Malik Al-Kamil yang bernama Shalih Najamuddin di Syiria,” tutur Gharib Jaudah.
Penulis: Kukuh Subekti