ISLAMTODAY ID— Sultan Mahmud Badaruddin II selaku sultan ketujuh di Kesultanan Palembang terus berupaya melakukan islamisasi masyarakat Palembang. Selama menjabat sebagai sultan ia melakukan berbagai cara demi mewujudkan hal itu.
Ikhtiar islamisasi rakyat Palembang yang dilakukan oleh Sultan Mahmud Badaruddin diantaranya dengan keluarnya sembilan fatwa yang berbunyi sebagai berikut:
Pertama, jadikanlah kedudukanmu untuk kebajikan dan berkatalah dengan teratur.
Kedua, dengarkan akan perkataan yang baik dari orang yang berbicara padamu.
Ketiga, jangan engkau beranikan seseorang berbuat zalim atas seseorang.
Keempat, jangan engkau perlihatkan akan hartamu kepada orang lain.
Kelima, hendaklah engkau pikirkan akan jawabanmu.
Keenam, jangan campuri perkataan yang batil.
Ketujuh, jangan engkau banyakan hajatmu kepada orang lain.
Kedelapan, pelihara akan dirimu dari perbuatan dan perkataan yang menyalahi syariat.
Kesembilan, jangan engkau banyakkan isyarat dengan tanganmu dan jangan banyakkan berpaling ke belakang
“Fatwa (tersebut) untuk dijadikan pedoman dalam bertingkah laku baik bagi pejabat maupun rakyat,” ungkap Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi dalam Kesultanan Palembang Darussalam.
Salah satu fatwa yang berpengaruh pada prkembangan Kesultanan Palembang ialah pelihara akan dirimu dari perbuatan dan perkataan yang menyalahi syariat. Sultan Mahmud Badaruddin II menganjurkan kepada masyarakat Palembang agar bersikap ramah, tamah kepada para tamu atau pendatang.
Pada masa Kesultanan Palembang, para pedagang asing dari berbagai bangsa di dunia seperti Arab, India hingga Cina disambut baik. Begitu pun para pedagang dari wilayah lain di Nusantara.
Keteguhan masyarakat Kesultanan Palembang dalam menjalankan syariat Islam itu juga tercermin dalam lambang Kesultanan Palembang. Lambang yang terbuat dari lingkaran berbahan emas itu dilengkapi dengan ragam gambar.
Gambar matahari merupakan lambang kehidupan, gambar timbangan berarti dasar hukum berlandaskan Al-Qur’an, terompet lambang semangat yang dibunyikan dalam keadaan perang atau damai, keris artinya senjata bela diri, bola dunia berbentuk kipas berarti sikap baik kepada semua umat.
Sementara tulisan Arab dalam lambang Kesultanan Palembang berarti Wahai Umat Berbuatlah Kebaikan. Lambang tersebut juga dilengkapi dengan adanya gambar bulan sabit.
Semangat Anti Kafir
Keteladanan yang dicontohkan oleh Sultan Mahmud Badaruddin II ini juga terlihat dalam sebuah syair. Syair Perang Menteng yang diyakini gubahan Sultan Mahmud Badaruddin II itu menyebut Belanda sebagai bangsa kafir.
Identifikasi Belanda sebagai bangsa yang kafir digambarkan dengan berbagai ciri mulai dari peminum anggur, arak, dan penikmat babi.
“Seperti tertuang dalam Bait 33 Syair Perang Menteng: ‘Masuk Kompeni Kafir Harabi/ anggur dimakannya dengan surabi/ patutlah rupanya bagai labi-labi/ hampirlah akan memakan babi’,” ujar Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi.
Gambaran senada juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang berpihak pada Belanda. Para pengkhianat itu layak dihukum pancung di tengah-tengah pasar.
“Yang Turut Holanda kenalah gusar/ dosanya itu terlalu besar/disalam syariat Sayyid al-basyar/patut dipancung ditengah pasar,” jelas Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi.
Penulis: Kukuh Subekti