ISLAMTODAY ID— Masa keemasan dunia Islam terjadi pada periode abad kesembilan hingga abad ketigabelas. Keunggulan di bidang agama, ilmiah, filsafat, serta kebudayaan melesat ke berbagai penjuru dunia dari Spanyol hingga India.
Keunggulan umat Islam terletak pada kemampuannya meramu pencapaian peradaban pra Islam dengan peradaban Islam. Kehebatan kaum muslimin inilah yang mengantarkan Eropa pada masa renaisans, bahkan menjadi pondasi bagi peradaban manusia modern.
Kepeloporan para ilmuwan muslim dalam peradaban ilmu terjadi pada masa Daullah Abbasiyah. Wilayah kekuasaannya membentang dari kawasan Atlantik hingga daratan Hindustan.
Kehebatan kaum muslimin ini dimuat dalam buku Sejarah Islam yang Hilang karya Firas Alkhateeb. Ia menyebutkan sejumlah peran hebat kaum muslimin dalam sejarah peradaban dunia.
Baytul Hikmah
Baytul Hikmah atau Rumah Kebajikan dibangun pada masa Khalifah ke-7 Abbasiyah, Khalifah Al-Ma’mun yang dari tahun dari tahun 813 sampai 833 Masehi. Pada masanya ia mengumpulkan para kaum cerdik, pandai di ibukota Baghdad.
Khalifah Al-Ma’mun membangun pusat kegiatan intelektual secara terpusat. Sebuah universitas dilengkapi dengan perpustakaan, observatorium, hingga lembaga penerjemahan.
Keberadaan Baytul Hikmah mau tidak mau membawa umat Islam unggul dalam berbagai bidang ilmu. Berikut ini sejumlah bidang ilmu yang menunjukkan kepeloporan umat Islam di bidang ilmiah:
Matematika
Sumbangsih penting para ilmuwan muslim ialah dalam bidang matematika. Ilmu Matematika menjadi dasar bagi sejumlah ilmu lainnya seperti astronomi, geografi, fisika dan kimia.
Ilmuwan muslim ternama di bidang matematika ialah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-850 M). Ia adalah pelopor ilmu matematika di Baytul Hikmah, hal ini dilakukannya dengan mengenalkan sistem angka seperti yang kita kenal sekarang.
“Sebelumnya di banyak tempat digunakan sistem angka Romawi dengan berbagai keterbatasannya. (Padahal) permasalahan matematika kompleks yang hampir tak mungkin menggunakan sistem angka Romawi,” ungkap Firas.
Ilmuwan matematika yang juga patut dikenang ialah Umar Khayyam. Matematikawan muslim yang hidup antara tahun 1048 sampai 1131 ini di Barat lebih dikenal sebagai seorang penyair.
Umar Khayyam memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu al-jabar yang sudah ditemukan oleh pendahulunya. Ia mengembangkan teori Binomial tentang penjumlahan dua variabel.
Dari penemuan tersebut ilmu trigonometri dan kalkulus bisa dikembangkan oleh matematikawan muslim periode berikutnya, Al-Battani. Ia adalah matematikawan sekaligus astronom yang hidup pada abad kesepuluh.
Astronomi
Ilmu Astronomi adalah ilmu matematika tingkat lanjut. Melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak menyebut tentang benda-benda langit dan pergerakannya menjadi acuan.
Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi para ilmuwan muslim untuk memisahkan ilmu astronomi dari tebakan dan mitos astrologi.
Para ilmuwan muslim mempertanyakan teori bumi diam yang dikemukakan oleh Ptolomeus. Para astronom muslim mempertanyakan dan mengoreksi teori-teori astronomi yang dikemukakan Ptolomeus.
“Astronom muslim menyadari perhitungan Ptolomeus soal gerakan planet dan bintang perlu dikoreksi,” tutur Firas.
Al-Biruni mengoreksi teori bumi diam milik Ptolomeus. Menurut Al-Biruni bumi berputar pada porosnya. Ilmuwan muslim yang menaruh perhatian pada hal ini datang dari Andalusia, Al-Majriti.
Keunggulan kaum muslimin dalam bidang astronomi membuat sebuah penemuan di bidang teknologi. Penemuan astrolabe membuat alat ini menjadi petunjuka pelayaran yang terus digunakan hingga abad ke-18 Masehi.
Geografi
Jika ilmu astronomi berkembang dari ilmu matematika, maka ilmu geografi berkembang dari ilmu astronomi. Salah satu temuan penting di bidang geografi yang terjadi pada masa Abbasiyah adalah luas bumi.
Para geografer muslim berhasil mengukur luas bumi dengan sangat akurat. Berbekal ilmu trigonometri dan geometri, ilmuwn muslim menemukan diamter bumi mencapai 12.728 km.
Hasilnya sangat mencengangkan hanya selisih 37 km dari temuan sekarang yang telah dibantu dengan satelit dan teleskop modern.
Kehebatan ilmuwan muslim lainnya yang tidak kalah hebat ialah pembuatan peta dunia. Sang ilmuwna muslim ini adalah Muhammad al-Idrisi.
Peta yang dilengkapi dengan sejumlah informasi penting berkaitan dengan deskripsi budaya, politik dan masyarakat itu digunakan hingga berabad-abad lamanya. Peta inilah yang menjadi acuan para penjelajah dunia.
Kedokteran
Pada masa Daullah Abbasiyah, seorang dokter yang akan membuka praktik harus mendapatkan lisensi dari negara. Dokter ternama dari kalangan muslim ialah Muhammad bin Zakariya al-Razi.
Ia berhasil memberikan koreksi terhadap temuan dokter dan filsuf Yunani Kuno, Galen. Teori yang dikritik oleh al-Razi milik Galen ialah tentang adanya empat cairan di dalam tubuh manusia, darah empedu hitam, empedu kuning dan lendir.
Al-Razi seorang dokter muslim abad kesembilan itu mengoreksi teori Galen yang menyebut sakitnya seseorang karena ketidak seimbangan diantara empat cairan dalam tubuh manusia. Sakitnya seseorang sama sekali tidak ada hubungan dengan ketidakseimbangan cairan.
“Penyakit disebabkan faktor internal dan eksternal tertentu yang harus dipecahkan untuk mengobatinya. Ia mengembangkan obat khusus dan manjur untuk penyakit umum seperti batuk, sakit kepala dan sembelit,” ujar Firas.
Ilmuwan muslim lainnya di bidang kedokteran ialah Ibnu Sina atau Avicenna. Salah satu teori yang berhasil ditemukannya di dunia kesehatan ialah tentang penyakit akan menular melalui udara, air atau tanah.
Tidak hanya itu Ibnu Sina juga mengungkapkan bahwa ada kaitan erat antara kesehatan mental dan fisik. Begitupula dengan pikiran negatif dapat menyebabkan penyakit sama halnya seperti racun, cedera atau makanan.
Sejak abad ke sembilan, rumah sakit-rumah sakit telah berdiri di kota-kota Islam terutama Baghdad. Baru setelah itu sejumlah kota Islam lainnya seperti Kairo, Damaskus, Mekah, Madinah hingga Granada, dan dilanjutkan pada masa Utsmani.
Fisika
Ilmuwan muslim di bidang fisika ialah Ibnu Al-Haytham yang hidup antara tahun 965 sampai 1040 M. Ia yang sempat bekerja di Daullah Abbasiyah dan memutuskan pergi ke Kairo.
Ibnu Al-Haytham berhasil menemukan teori optik. Salah satu teorinya ialah cahaya ialah sinar-sinar yang bergerak di garis lurus.
Penulis: Kukuh Subekti