(IslamToday.id) — Amerika Serikat dan China telah sepakat untuk memulai kembali perundingan perdagangan dan Trump yang pernah mengancam akan menaikkan tariff baru barang Ekspor dari China, akhirnya kedua pihak merundingkan tidak akan menaikkan tarif baru pada ekspor China, demikian menurut kantor berita resmi China Xinhua, Sabtu (29/6). Presiden A.S. Donald Trump mengatakan pembicaraan itu “kembali ke jalurnya”. Presiden AS dan Presiden China Xi Jinping akan memulai pembicaraan yang menurut para ahli dapat meredakan ketegangan setelah perseteruan mereka dapat berakibat menjerumuskan ekonomi terbesar dunia ke dalam perang perdagangan yang lebih dalam. Kedua negara telah terpecah belah karena perang perdagangan dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun AS telah berusaha mengendalikan kekuatan ekonomi China melalui program sanksi namun itu juga tak dapat menunda kejatuhan ekonomi amerika karena akibat kebijakan-kebijakan mereka sendiri.
Trump mengatakan, pertemuan ini akan menjadi sebuah pertemuan yang merumuskan perjanjian yang monumental, “Saya pikir ini akan menjadi pertemuan yang sangat produktif dan saya pikir kita bisa melanjutkan untuk melakukan sesuatu yang benar-benar akan menjadi kejadian monumental.”
Dia mengatakan: “Empat puluh tahun terakhir, perubahan besar telah terjadi dalam situasi internasional dalam hubungan China-AS, tetapi satu fakta dasar tetap tidak berubah. China dan Amerika Serikat mendapat manfaat dari kerja sama dan kalah dalam konfrontasi.
“Kerja sama dan dialog lebih baik daripada gesekan dan konfrontasi.”
Pertemuan tingkat tinggi Sabtu (29/6) yang lalu antara Trump dan Xi Jinping diawasi ketat dengan harapan bahwa itu akan meredakan ketegangan daripada menjerumuskan dua ekonomi terbesar dunia ke dalam perang perdagangan yang lebih dalam.
Keduanya bertemu di kota Osaka di Jepang Barat, di sela-sela pertemuan puncak para pemimpin Kelompok 20 (G20).
Perselisihan telah merugikan perusahaan di kedua Negara dengan kerugian miliaran dolar, Trump kepada wartawan mengatakan bahwa dia memiliki pertemuan yang sangat baik dengan pemimpin China dan bahwa pembicaraan ini “kembali ke jalurnya”.
“Kami memiliki pertemuan yang sangat baik dengan Presiden Xi dari China, luar biasa, saya akan mengatakan sangat baik, sebaik yang akan terjadi,” kata Trump. “Kami membahas banyak hal dan kami segera kembali ke jalur yang benar dan kami akan melihat apa yang terjadi.”
Xi Jinping mengatakan kepada Trump bahwa ia berharap Amerika Serikat dapat memperlakukan perusahaan China secara adil, dikutip dari Xinhua News. Sementara itu, Xi Jinping mengatakan bahwa dalam masalah kedaulatan dan rasa hormat, Cina harus menjaga kepentingan intinya.
Menjelang pembicaraan, Trump mengatakan kesepakatan perdagangan yang adil dan “bersejarah”, tetapi dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Presiden AS mengatakan pada konferensi pers bahwa ia dan mitranya dari Tiongkok telah mengadakan “pertemuan besar”.
“Kami akan terus bernegosiasi, dan saya berjanji bahwa setidaknya untuk saat ini kami tidak akan menambahkan [tarif] tambahan … Kami akan bekerja dengan China untuk melihat apakah kami dapat membuat kesepakatan. China akan berkonsultasi dengan kami dan akan membeli sejumlah besar impor produk makanan dan produk pertanian, dan mereka akan segera mulai melakukannya.” lanjut Trump
Perselisihan perdagangan, yang termasuk perselisihan tentang Huawei Technologies Co telah menyebabkan kekhawatiran dan akan mengancam pertumbuhan global.
“Hubungan perdagangan antara China dan Amerika Serikat saat ini dalam keadaan sulit, mereka berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi global,” kata Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker pada hari Jumat (28/6), hari pertama KTT G-20 Osaka itu.
Presiden AS Trump sebelum pertemuan dengan Xi pernah mengancam akan memperpanjang tarrif yang ada untuk mencakup hampir semua impor dari China ke Amerika Serikat jika pertemuan itu tidak membawa kemajuan pada tuntutan luas AS dalam mereformasi ekonominya.
Pada awal pembicaraan hari Sabtu (29/6), Xi mengatakan kepada Trump bahwa dia siap untuk bertukar pandangan tentang masalah-masalah mendasar dan menekankan perlunya dialog daripada konfrontasi.
Larry Kudlow, penasihat ekonomi utama presiden, mengatakan dalam sebuah wawancara pada hari Ahad, “kedua belah pihak akan menderita” dari perang dagang yang berkelanjutan antara AS dan China.
Pertemuan antara Xi dan Trump menjadi sebuah konspirasi Negara adidaya baik China dan Amerika untuk kembali menentukan siapa sesungguhnya raja ekonomi dunia, yang dapat menguasai kebijakan-kebijakan ekonomi dunia yang berdampak pada negara-negara lain. Amerika yang telah mendesak Xi untuk berunding merupakan sebuah langkah pasti yang membuat Amerika masih menjadi musuh yang belum bisa dikalahkan oleh China dan memungkinkan adanya kesepakatan-kesepakatan yang lebih menguntungkan bagi AS dan merugikan China. Maka perlu sikap dari negara-negara berkembang seperti Indonesia dan negara-negara Islam untuk menentukan suatu kebijakan Ekonomi baru yang terlepas dari kebijakan ekonomi adidaya seperti Amerika dan China agar tidak terus terombang-ambing dan mengikuti perseteruan Amerika-China yang sebenarnya menguntungkan bagi kedua belah pihak sementara di sisi lain merugikan Indonesia dan negara-negara Islam lainnya.
Penulis: R. Syeh Adni
Editor: Tori Nuariza