(IslamToday ID) – Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan mengumumkan keadaan darurat dampak dari mewabahnya virus corona.
Mengutip Reuters, Senin (6/1/2020), laporan surat kabar Yomiuri menyebutkan PM Abe akan mengumumkan Jepang dalam keadaan darurat pada Selasa (7/4/2020).
Saat ini virus corona di Jepang telah menjangkiti 3.654 orang, dan merenggut 85 jiwa. Kasus terbesar paling banyak di Tokyo, dengan 1.000 kasus virus corona.
Namun harian Yomiuri melaporkan PM Abe akan mempercepat pengumuman status darurat virus corona.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike pada pekan lalu mendukung deklarasi keadaan darurat sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus corona.
Melalui undang-undang yang direvisi pada bulan Maret terkait virus corona, PM Jepang bisa menyatakan keadaan darurat jika virus menimbulkan bahaya besar bagi kehidupan dan jika penyebarannya yang cepat akan berdampak besar pada perekonomian.
Virus corona telah meningkatkan risiko resesi Jepang. Status darurat nantinya memberikan kewenangan kepada para gubernur yang wilayahnya terdampak virus corona, untuk meminta masyarakat tinggal di rumah dan menutup toko.
PM Abe diketahui telah mengadakan pertemuan dengan sejumlah pihak sebelum memutuskan status darurat Jepang. Termasuk diantaranya adalah dengan Menteri Kesehatan, Katsunobu Kato dan Menteri Kebijakan Ekonomi dan Fiskal, Yasutoshi Nishimura pada Minggu (5/4/2020) untuk membahas penyebaran virus corona di Jepang.
“Jika perlu kami akan memutuskan untuk mengumumkan keadaan darurat tanpa ragu-ragu,” ujar Nishimura yang menjadi kepala tanggapan virus corona pemerintah Jepang.
Ia mengatakan pemerintah Jepang sebelumnya mencari tanda-tanda overshoot atau kondisi yang merujuk ledakan jumlah kasus corona. Ia juga mencermati situasi saat ini yang terus mengalami ketegangan.
PM Abe sebelumnya telah dikritik karena tidak juga mengumumkan status keadaan darurat di Jepang. Banyak orang menilai keraguan tersebut muncul karena keinginan kuat pemerintah negara itu untuk tetap menyelenggarakan Olimpiade musim panas di Tokyo, seperti yang direncanakan.
Sementara itu, Komite Olimpiade Internasional pada akhir Maret lalu telah memutuskan untuk menunda perhelatan ini hingga 2021 setelah melakukan diskusi dengan Abe dan pihak terkait lainnya.
Sebelumnya, berbagai kebijakan telah diambil pemerintah Jepang terkait penyebaran virus corona. Salah satunya adalah imbauan untuk pemerintah daerah yang terdampak paling serius wabah corona agar menghemat ruangan di rumah sakit. Perawatan inap diprioritaskan bagi pasien dengan kondisi parah.
Sementara pasien yang mengalami gejala lebih ringan atau bahkan yang tidak menunjukkan gejala apapun bisa dirawat di rumah. Langkah ini memunculkan perhatian tentang tekanan terhadap sistem kesehatan Jepang.
Hingga saat ini, Jepang masih menyediakan perawatan rumah sakit bagi seluruh pasien Covid-19 tanpa mengesampingkan gejala mereka. Namun, para pakar menyebut ranjang-ranjang rumah sakit kebanyakan menumpuk di Tokyo dan kurang di kota lainnya.
Gubernur Tokyo, Yuriko Koike sebelumnya menyebut pihaknya akan memprioritaskan keselamatan nyawa pasien yang berada dalam kondisi serius serta meminta masyarakat sehat untuk tetap tinggal di rumah.
Tokyo adalah lokasi dengan kasus infeksi terbanyak di Jepang dengan catatan sebanyak 684 kasus. Angka tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah populasi yang menghuni kota itu sebanyak hampir 14 juta jiwa. Namun, para ahli mengkhawatirkan kenaikan persentase tersebut dari kasus-kasus yang saat ini belum dapat terlacak.
Menurut laporan Kantor Berita Jepang Kyodo, beberapa orang yang menghadiri pentas musik di Shibuya pada 20 Maret, berikut seorang penampil, dinyatakan positif Covid-19. Lokasi itu menambah jumlah klaster penularan corona per akhir Maret menjadi 26 lokasi berdasarkan data Kementerian Kesehatan. (wip)
Sumber: Republika.co.id, Okezone.com