(IslamToday ID) – Warga Jalur Gaza semakin menderita. Krisis ekonomi di wilayah tersebut semakin memburuk karena wabah virus corona (Covid-19) dan terus berlanjutnya blokade Israel.
“Pendudukan, pengepungan, dan langkah-langkah Israel terhadap Covid-19 telah mengakibatkan krisis ekonomi. Jika terus berlanjut, itu akan menciptakan bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Kepala Gaza’s National Committee for Breaking, Siege Jamal al-Khudari, Minggu (12/4/2020) dikutip laman Anadolu Agency.
Menurut al-Khudari, krisis yang berpotensi muncul tak main-main. “Krisisnya besar dan sangat berbahaya bagi pekerja, pabrik, sektor perdagangan, pertanian, dan pariwisata,” ujarnya.
Menurutnya, secara umum perekonomian Palestina memang sedang mengalami penurunan. Gaza menjadi wilayah yang paling merasakannya karena berada di bawah blokade Israel.
Kelompok Hamas yang mengontrol Gaza sedang berupaya membuka dua pusat karantina di perbatasan utara dan selatan wilayah tersebut. Pusat itu diharapkan mampu menampung seribu orang.
Selain itu, Hamas telah membuka 18 fasilitas karantina tambahan di klinik dan hotel. Hal tersebut diharapkan dapat menopang fasilitas karantina sementara yang telah dioperasikan di Gaza. Terdapat 1.700 warga yang ditempatkan di fasilitas karantina darurat pada akhir Maret lalu.
Direktur WHO untuk Wilayah Palestina Gerald Rockenschaub menyadari minimnya fasilitas karantina di Gaza. “Kita sudah sangat jelas tentang bagaimana fasilitas karantina seharusnya dan menawarkan dalam hal fasilitas, layanan, dan dukungan. Tapi ini jelas lebih mudah diucapkan daripada dilakukan di Gaza, di mana ada kekurangan substansial dalam hampir semua hal,” ucapnya.
Menurut WHO, Gaza hanya memiliki 60 mesin pernapasan dan 45 di antaranya telah digunakan. WHO telah bekerja sama dengan otoritas Israel untuk mengimpor peralatan dan pasokan yang sangat dibutuhkan dari donor internasional.
Saat ini Palestina memiliki 290 kasus Covid-19 dengan dua korban jiwa. Gaza mengumumkan dua kasus pertama virus corona pada 22 Maret lalu. Mereka adalah warga yang baru saja kembali dari Pakistan pada 21 Maret lalu.
Kedua pria Palestina itu, keduanya berusia 30-an. Mereka dikarantina di kota perbatasan Rafah. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan mereka dalam kondisi stabil. Semua yang pernah berhubungan dengan kedua orang itu juga telah dikarantina.
Sekolah, pasar, dan gedung di Gaza telah ditutup pada dua minggu terakhir untuk meminimalkan risiko penularan virus corona.
Pada hari Sabtu, penghubung militer Israel ke Palestina mengatakan pihaknya menutup perbatasan dengan Gaza serta Tepi Barat untuk lalu lintas komersial, meskipun beberapa pasien dan staf kemanusiaan dapat melintasinya. Perbatasan tersebut diduduki Israel. (wip)