(IslamToday ID) – Amerika Serikat (AS) menjadi negara tertinggi di dunia dengan jumlah kasus dan kematian akibat virus corona (Covid-19). Sampai dengan Senin (13/4/2020), lebih dari 23.000 orang meninggal dan sekitar 580.000 orang terinfeksi virus mematikan asal China tersebut.
Di tengah meningkatnya pandemi ini, banyak pihak yang mempertanyakan, mengapa pemerintah AS tidak bertindak lebih cepat untuk mencegah angka kematian.
Surat kabar The New York Times akhir pekan ini menerbitkan artikel berisi keterangan dari para pakar kesehatan kepada Gedung Putih untuk mengambil langkah pencegahan sejak akhir Februari lalu, namun tidak dipertimbangkan.
Pernyataan oleh pakar gugus tugas penanganan Covid-19, Minggu (12/4/2020), kembali mengangkat isu yang sama bahwa Amerika Serikat bisa menyelamatkan banyak nyawa seandainya lebih awal menerapkan langkah-langkah untuk pencegahan.
“Jika kita melakukannya sejak awal, untuk menutup semuanya, barangkali akan sedikit berbeda,” kata dr Anthony Fauci, pakar dari gugus tugas penanganan virus corona di AS kepada CNN, Selasa (14/4/2020).
Namun ia mengakui membuat keputusan seperti itu sangatlah rumit.
Menurut Fauci, timnya mengusulkan rekomendasi medis kepada pemerintah AS yang “dapat menyelamatkan nyawa” bila dilakukan sebelum pandemi merebak.
Presiden Donald Trump menyatakan ketidaksetujuannya akan wawancara tersebut dengan membagikan sebuah twit dari mantan calon anggota Kongres dari Partai Republik yang menyarankan pemecatan dr Fauci.
“Fauci mengatakan pada tanggal 29 Februari bahwa orang tak perlu khawatir dan bahwa (Covid-19) bukan ancaman bagi rakyat Amerika,” kata Deanna Lorraine dalam cuitannya.
Ia menambahkan, “Saatnya memecat Fauci #FireFauci (tendang Fauci).”
Sang dokter telah menjadi wajah ikhtiar AS melawan wabah virus corona. Ia selalu hadir di sisi Trump dalam jumpa pers harian di Gedung Putih.
Namun keduanya berseberangan dalam berbagai isu. Fauci mengatakan dalam wawancara baru-baru ini dengan stasiun televisi CBS bahwa ia mengambil pendekatan ilmiah, sementara Trump berangkat dari harapan dan sudut pandang orang awam.
Pemerintahan Trump telah mengeluarkan pedoman penjarakan sosial yang berlangsung hingga 30 April, tapi muncul pertanyaan seputar kapan pembatasan itu sebaiknya diangkat.
Amerika baru mencatat kematian pertama akibat virus corona pada akhir Februari, namun pembatasan sosial baru diterapkan pada pertengahan Maret.
Trump berulang kali mengatakan pemerintah bertindak serius untuk menekan virus dan bahwa Gedung Putih tengah melakukan yang terbaik.
Dalam laporan harian, Trump menyebut “tak adil” dan “berita palsu” berbagai pertanyaan dari wartawan yang mempertanyakan langkah pemerintah dalam menangani Covid-19.
Amerika Serikat merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar ketiga di dunia. Negara yang dipimpin Donald Trump itu telah mencatat kematian Covid-19 paling tinggi daripada negara lain. Kasus infeksi positif di AS juga tercatat tertinggi dengan hampir 580.000 kasus. Sebagai catatan, seluruh dunia mencatat ada 1,9 juta kasus Covid-19.
Menurut perhitungan Reuters, kematian dilaporkan pada Minggu berjumlah 1.513 yang merupakan peningkatan terkecil sejak 6 April sebanyak 1.309 kematian. Johns Hopkin University and Medicine mencatat 581.918 kasus infeksi positif Covid-19 di seluruh AS, sementara 23.608 meninggal dunia.
Negara bagian New York menjadi pusat konsentrasi di dalam dan sekitar wilayah dengan lebih dari 10.000 kematian. New York memiliki populasi penduduk sekitar 8,4 juta orang.
Negara bagian Wyoming menjadi negara bagian terakhir di AS yang melaporkan kematian pertamanya pada Senin. Pembatasan untuk tetap berada di rumah untuk mengekang penyebaran penyakit telah berlangsung selama lebih dari dua pekan.
Akibatnya ekonomi terpukul. Bisnis tutup dan perjalanan dibatasi. Namun, pejabat setempat malah berdebat akan membuka kembali beberapa sektor. Pemerintah Trump telah mengindikasikan 1 Mei sebagai tanggal potensial untuk meredakan pembatasan, meski perlu kehati-hatian yang sangat. (wip)