(IslamToday ID) – IMF atau Dana Moneter Internasional memprediksi ekonomi global tahun ini akan berkontraksi dan minus 3 persen akibat tertekan pandemi virus corona. Proyeksi ini disebut kemerosotan ekonomi terburuk sejak The Great Depression (depresi besar) yang melanda dunia tahun 1929 dan krisis finansial global 2008-2009 yang saat itu ekonomi minus 0,1 persen. Ekonomi negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menjadi yang paling terpukul oleh wabah ini.
Proyeksi ini termuat dalam World Economic Outlook yang dirilis IMF pada Selasa (13/4/2020). IMF mengubah secara drastis ramalannya terhadap pertumbuhan ekonomi hanya dalam dua bulan. Ini seiring dengan penyebaran virus corona yang menjalar dengan cepat dengan total kasus telah mencapai 2 juta di seluruh dunia.
Pada Januari, lembaga ini masih optimitis ekonomi global masih tumbuh 3,3 persen, hanya turun 0,1 persen dari prediksi sebelumnya meski virus corona telah menyebar di China. Namun saat itu, jumlah kasus di luar China masih sangat minim.
Jika mengggunakan skenario dasar pandemi corona, ekonomi global pada tahun depan dapat tumbuh mencapai 5,8 persen atau lebih dari dua kali lipat proyeksi sebelumnya sebesar 2,4 persen. Skenario dasar menggunakan asumsi penyebaran virus corona akan mereda pada semester kedua tahun ini dan tindakan karantina atau lockdown perlahan dihentikan. “Ada ketidakpastian ekstrem di seluruh dunia terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi,” tulis IMF dalam laporan tersebut.
Dampak ekonomi, menurut IMF, akan sangat tergantung pada faktor-faktor yang sulit diprediksi, termasuk jalur pandemi, intensitas, dan kemanjuran upaya pembatasan, luasnya gangguan pasokan, dampak pengetatan dramatis terhadap kondisi pasar keuangan global, pergeseran pola pengeluaran, serta perubahan perilaku.
Banyak negara yang menghadapi tekanan krisis berlapis dari gangguan aspek kesehatan, ekonomi domestik, permintaan eksternal, pembalikan arus modal asing, hingga harga komoditas yang jatuh.
Berdasarkan proyeksi IMF, penurunan ekonomi paling tajam tahun ini akan terjadi di Italia yang minus 9,1 persen, atau terjun dari tahun lalu yang masih tumbuh 0,3 persen. Italia saat ini menjadi negara dengan jumlah kematian tertinggi kedua setelah AS mencapai lebih dari 20.000 orang dari total kasus 159.000 berdasarkan data Worldometers.info.
Ekonomi Amerika Serikat yang saat ini memiliki jumlah kasus dan kematian tertinggi akibat virus corona diperkirakan minus 5,9 persen, berbanding terbalik dari tahun lalu yang tumbuh 2,3 persen. Total kasus virus corona di AS mencapai lebih dari 580.000 dengan kematian mencapai 23.000 orang.
Spanyol yang memiliki jumlah kasus terbesar kedua dan kematian terbesar ketiga di dunia juga akan mengalami penurunan ekonomi hingga minus 8 persen, anjlok dari tahun lalu yang masih tumbuh 2 persen. Jumlah kasus virus corona mencapai 183.000 dengan kematian lebih dari 18.000 orang. Secara keseluruhan, ekonomi Eropa pada tahun ini diperkirakan akan berkontraksi minus 7,5 persen, jatuh dari tahun lalu yang masih tumbuh 1,2 persen.
Sementara, ekonomi negara-negara maju akan tumbuh minus 6,1 persen. Jika mengacu skenario dasar pandemi corona, ekonomi negara-negara maju pada tahun depan akan tumbuh 4,5 persen. Ekonomi AS dan negara-negara Eropa akan tumbuh masing-masing 4,7 persen.
Sedangkan ekonomi negara pasar emerging dan berkembang diperkirakan akan tumbuh minus 1 persen dari tahun lalu yang masih tumbuh 3,7 persen. Namun, ekonomi negara emerging dan berkembang di Asia masih dapat tumbuh 1 persen, ditopang oleh China dan India.
Ekonomi China diperkirakan tumbuh 1,2 persen, terjun dari tahun lalu yang tumbuh 6,1 persen. India tumbuh 1 persen, turun dari tahun lalu yang masih tumbuh 4,2 persen. Namun jika kondisi sesuai dengan skenario dasar pandemi corona, ekonomi China tahun depan diprediksi naik 9,2 persen, sedangkan India 7,4 persen.
Sementara ekonomi negara-negara ASEAN diperkirakan minus 0,6 persen, anjlok dari tahun lalu yang tumbuh 4,8 persen. Namun diprediksi pulih pada tahun depan dengan pertumbuhan sebesar 7,8 persen. IMF juga memprediksi volume perdagangan akan anjlok 11 persen dibanding tahun lalu.
Pada 2019, volume perdagangan dunia sudah tertekan akibat perang dagang AS dan China dan hanya mampu tumbuh 0,9 persen. Jika pandemi mereda sesuai skenario dasar IMF, volume perdagangan dunia diperkirakan akan naik 8,4 persen, terutama didorong oleh aktivitas ekspor dan impor oleh negara emerging dan berkembang. (wip)