(IslamToday ID) – China sepertinya marah besar dengan Australia terkait dorongan wacana penyelidikan Covid-19 yang digulirkan Amerika Serikat (AS). Baru-baru ini China mengancam akan menaikkan tarif pajak impor gandum Australia hingga 80 persen.
Terkait hal itu, Menteri Perdagangan Australia, Simon Birmingham pun bereaksi. Ia pun lantas menghubungi pihak otoritas China untuk membahas persoalan itu. Namun telepon Birmingham tidak diindahkan.
“Kami telah membuat permintaan agar saya bisa berdiskusi dengan pihak China. Permintaan itu belum dipenuhi dengan panggilan yang hanya ditampung pada tahap ini,” ujar Birmingham seperti dikutip The New Daily, Minggu (17/5/2020).
Padahal, China dijadwalkan akan membuat keputusan akhir mengenai tarif gandum pada Selasa (19/5/2020). Jika ancaman China benar direalisasikan, maka akan melumpuhkan pasar Australia. Ekspor gandum Australia sendiri mencapai 1,5 miliar dolar AS pada 2018, namun turun menjadi 600 juta dolar AS pada 2019 karena musim kemarau dan diversifikasi pasar.
China sendiri adalah eksportir utama bagi Australia. Kendati begitu, Birmingham mengatakan, saat ini para diplomat tengah mengadakan pembicaraan dengan para pejabat China.
“Telepon itu harus dikembalikan. Kami terbuka untuk melakukan diskusi itu, bahkan di mana ada masalah sulit untuk didiskusikan kapan saja,” ujar Birmingham.
“Adalah untuk rekan-rekan kami di seluruh dunia untuk memutuskan, apakah mereka setuju atau tidak dengan standar dialog dan diskusi terbuka yang sama,” tambahnya.
Selain pajak impor gandum, China juga akan mengambil keputusan akhir yang objektif dan adil tentang kasus anti-dumping dan anti-subsidi terhadap gandum dari Australia.
Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng mengeluarkan pernyataan selama briefing online mingguan. “China telah menangguhkan impor daging sapi dari empat pengolah daging terbesar di Australia dan telah mengusulkan tarif 80 persen untuk pengiriman gandum Australia di tengah hubungan yang memburuk,” ujar Gao Feng seperti dikutip dari Reuters, Kamis (14/5/2020).
Australia mengekspor gandum beberapa juta ton per tahun ke China pasca China terlibat perang dagang yang panas dengan AS. Nilai ekspor gandum Australia ke China tahun lalu mencapai 1,5 miliar dolar AS.
Ketegangan antara Australia dan China mulai meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Titik gesekan utama pertama muncul ketika Australia melarang perusahaan teknologi raksasa China, Huawei untuk mengambil bagian dalam proyek infrastruktur 5G karena masalah keamanan nasional.
Selanjutnya, ketegangan terjadi saat pandemik Covid-19. Di mana Australia mendesak diadakannya penyelidikan internasional secara independen untuk mencari tahu asal muasal virus corona. (wip)