(IslamToday ID) – Militer China harus siap perang atau menghadapi situasi terburuk. Hal ini terkait dengan eskalasi politik yang terus meningkat terkait sejumlah isu, di antaranya sengketa Laut China Selatan, RUU Keamanan Nasional di Hong Kong, serta gejolak di Taiwan.
Presiden Xi Jinping sendiri telah memerintahkan komando militer China yang bertanggung jawab memantau Laut China Selatan dan Taiwan untuk menilai situasi dan meningkatkan kemampuannya, sehingga dapat menangani keadaan darurat apapun.
Stasiun televisi pemerintah, CCTV melaporkan Komando Teater Selatan harus memikul tanggung jawab militer yang berat dalam beberapa tahun terakhir. Xi dijadwalkan melakukan tur inspeksi ke komando yang mengawasi Laut China Selatan dan Taiwan tersebut pada Kamis (28/5/2020) sebagai bagian dari kunjungannya ke Provinsi Guangdong.
“Penting untuk memperkuat misi, dan memusatkan persiapan untuk berperang,” kata Xi dalam salah satu penggalan teks pidatonya. “Kita perlu mempertimbangkan semua situasi kompleks dan membuat rencana darurat yang sesuai,” tambahnya.
“Kita harus meningkatkan latihan kesiapan tempur, latihan bersama, dan latihan konfrontasi untuk meningkatkan kemampuan prajurit dan persiapan untuk perang,” paparnya seperti dikutip South China Morning Post.
Rincian teks lengkap pidato pemimpin China tidak akan dirilis media pemerintah sampai Jumat (29/5/2020) besok.
Kunjungan Xi ke komando militer adalah salah satu dari beberapa yang ia lakukan selama perjalanan empat hari ke provinsi di China selatan. Tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan di tengah perlambatan ekonomi dan meningkatnya perselisihan perdagangan dan strategis dengan AS.
Rincian pidatonya muncul sehari setelah Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe mengatakan negaranya tidak akan pernah menyerahkan satu pun bagian dari wilayahnya dan memperingatkan bahwa tantangan yang berulang kali terhadap kedaulatannya atas Taiwan sangat berbahaya dan akan berdampak pada tindakan militer.
Salah satu misi utama Komando Teater Selatan adalah mengawasi Laut Cina Selatan, sebuah wilayah di mana ketegangan dan aktivitas militer yang melibatkan China, AS, dan kekuatan lainnya telah tumbuh.
Awal bulan ini, sebuah kapal perang China hampir bertabrakan dengan kapal perang AS di perairan yang disengketakan setelah membuat apa yang orang AS gambarkan sebagai manuver tidak aman dan tidak profesional. Aksi itu merupakan upaya untuk memperingatkan kapal AS agar meninggalkan perairan tersebut.
Para pengamat militer menyatakan komentar Xi kemungkinan besar dimaksudkan untuk meningkatkan moral dan menegaskan kembali klaim teritorial Beijing di Laut China Selatan.
“Ini kemungkinan dimaksudkan sebagai sinyal kepada AS pada khususnya dan semua pihak yang Beijing anggap sebagai penyebab provokasi (di perairan yang disengketakan),” kata Collin Koh, seorang peneliti di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam di Nanyang Technological University di Singapura.
“Amerika Serikat diperkirakan akan melakukan lebih banyak latihan navigasi di wilayah Laut China Selatan, dan karena tidak mengakui hak (Beijing) untuk pulau buatan, seperti Mischief Reef, mungkin akan ada lebih banyak gesekan militer antara kedua negara di sana.”
Koh mengatakan pidato Xi kepada Komando Teater Selatan juga merupakan peringatan yang jelas bagi pasukan pro-kemerdekaan di Taiwan, karena wilayah militer berbagi tanggung jawab dengan Komando Teater Timur untuk memantau pulau yang memerintah sendiri itu. (wip)