(IslamToday ID) – Chili dan Brasil adalah dua negara di Amerika Latin yang terparah akibat hantaman pandemi virus corona. Kasus positif di dua negara itu terus meningkat nyaris tak terkendali.
Di Chili misalnya, para dokter di rumah sakit sudah kelimpungan ketika menerima pasien Covid-19. Pada Rabu (27/5/2020), dokter-dokter di rumah sakit di Santiago mulai kebingungan menempatkan pasien Covid-19 karena tempat tidur sudah habis. Pada hari itu jumlah kasus baru di Chili naik empat kali lipat sejak awal Mei menjadi sekitar 4.000 kasus setiap hari.
Alhasil, totalnya ada sekitar 80.000 kasus yang terhitung pada Rabu. Dilansir Reuters, bangsal perawatan di Santiago sudah terisi 97 persen. Para dokter khawatir harus memilih pasien mana yang terlebih dulu dirawat.
“Pada tingkat kita akan pergi ke situasi di mana kita harus memilih,” ujar seorang dokter di Rumah Sakit Umum Sotero del Rio di Santiago, Juan Carlos Said.
Pada Selasa (26/5/2020), WHO sudah menjadikan benua Amerika sebagai episentrum baru pandemi Covid-19. Sebuah studi di Amerika Serikat memperkirakan akan terjadi lonjakan kematian akibat virus tersebut di Brasil, Chili, dan beberapa negara Amerika Latin lainnya hingga Agustus.
Sementara itu, Presiden Chili, Sebastian Pinera mengatakan pihaknya terus bekerja keras untuk menambah jumlah tempat tidur dan peralatan penunjang untuk melawan Covid-19. “Sistem perawatan kesehatan kami dan khususnya (Santiago), sangat dekat untuk mencapai kapasitas maksimumnya,” katanya.
Menteri Kesehatan Chili, Jaime Manalich juga menyebut keadaan yang semakin mengerikan. Meski ia mengatakan masih ada cukup ventilator mekanis yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan. “Kami belum mencapai perdebatan tentang (siapa yang menerima) ranjang terakhir,” kata Manalich.
Sementara, Brasil menjadi negara paling parah karena sebanyak 25.512 orang meninggal dunia akibat virus corona. Akibatnya fasilitas kesehatan di Brasil terancam lumpuh. Pada saat bersamaan, pemerintahan Brasil justru dianggap terlalu tidak peduli karena tidak memiliki kebijakan jelas dalam menghalau penyebaran virus itu.
Wali Kota Sao Paulo, kota terbesar di Brasil, Bruno Covas mengungkapkan sistem kesehatan di kota terancam lumpuh karena jumlah warga yang dirawat di rumah sakit semakin melonjak drastis. “Kapasitas rumah sakit kini mencapai 90 persen dan sudah kekurangan tempat selama dua pekan terakhir,” katanya dilansir BBC.
Covas kini sedang berunding dengan gubernur negara bagian untuk memberlakukan pengetatan isolasi wilayah dalam memperlambat penyebaran virus corona.
Sebenarnya aturan isolasi wilayah telah diberlakukan selama dua bulan lalu ketika bisnis, sekolah, dan ruangan publik ditutup serta masyarakat diminta di rumah. Tapi, tidak ada hukuman dan sanksi sehingga banyak warga mengabaikannya.
Para pakar kesehatan di Brasil memperingatkan jumlah warga yang terinfeksi virus corona bisa saja lebih tinggi dibandingkan catatan pemerintah karena keterbatasan tes Covid-19. “Brasil hanya menguji mereka yang memeriksakan diri di rumah sakit,” kata pakar kesehatan Universitas Sao Paulo, Domingo Alves.
Brasil selama beberapa pekan ini memang menjadi pusat pandemi virus corona di Amerika Latin. “Sangat sulit mengetahui apa yang terjadi berdasarkan data yang tersedia. Kita tidak memiliki kebijakan nyata untuk mengelola wabah,” kata Alves. (wip)