IslamToday ID — Pemerintah China melalui Juru bicara Kementerian Luar Negerinya dan media resmi pemerintah tampak menyindir situasi kerusuhan dan gejolak sosial di Amerika Serikat buntut kematian seorang pria kulit hitam, George Floyd.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying melalui akun Twitternya mengunggah kalimat ‘I Can’t Breathe’ disertai tangkapan layar kicauan unggahan Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus yang mengkritik pemerintah China atas kebijakannya terkait situasi di Hong Kong.
Hua Chunying mengutip kata-kata yang diucapkan George Floyd berulang kali sebelum kematiannya, setelah seorang polisi ‘Derek Chauvin’ menekankan lututnya ke leher Floyd hampir sembilan menit– peristiwa kematian Floyd memicu rentetan kerusuhan besar di sejumlah kota di Amerika Serikat (AS).
George Floyd meninggal dunia pada Senin (25/5) akibat kehabisan napas setelah anggota polisi menekan lehernya dengan lutut dalam proses penangkapan di Minneapolis. Gelombang aksi protes meletus pertama kali di Minneapolis itu sehari setelah Floyd meninggal.
Selain sindiran Jubir Kemlu China, Media pemerintah China, Global Times dalam laporannya juga melakukan perbandingan mengenai kerusuhan di AS dengan gerakan aksi protes pro-demokrasi di Hong Kong.
“Ketua DPR AS Nancy Pelosi pernah menyebut protes kekerasan di Hong Kong ‘pemandangan yang indah untuk dilihat’…Politisi AS sekarang dapat menikmati pemandangan ini dari jendela mereka sendiri,” tulis Pemimpin Redaksi tabloid nasionalis Global Times, Hu Xijin seperti dilansir dari CNN Indonesia.
“Seolah-olah para perusuh radikal di Hongkong entah bagaimana menyelinap ke AS dan menciptakan kekacauan seperti yang mereka lakukan tahun lalu,” imbuh Hu Xijin.
China memang cukup gusar atas kritik negara-negara Barat, terutama dari pemerintahan AS di Washington, atas penanganan protes pro-demokrasi yang mengguncang Hongkong tahun lalu dan juga yang kini berlangsung menyusul pemberlakuan kebijakan keamanan nasional baru.
Untuk diketahui, gelombang aksi protes atas kematian George Floyd makin menyebar luas ke seluruh negeri pamansam. Menanggapi kekhawatiran berlanjutnya kerusuhan sosial hingga tak terkendali, sebanyak 25 kota di 16 negara bagian Amerika Serikat mulai memberlakukan jam malam.
25 kota tersebut antara lain Beverly Hills, Los Angeles, Denver, Miami, Atlanta, Chicago, Louisville, Minneapolis, St. Paul, Rochester, Cincinnati, Cleveland, Columbus, Dayton, Toledo, Eugene. Kemudian, Portland, Philadelphia, Pittsburgh, Charleston, Columbia, Nashville, Salt Lake City, Seattle, dan Milwaukee, seperti dilansir CNN, Ahad (31/5).[IZ]