(IslamToday ID) – Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan Turki tidak akan membiarkan rakyat Libya dikuasai tentara bayaran dan kudeta. Hal itu ia katakan saat konferensi pers dengan Perdana Menteri Libya, Fayez Al-Sarraj di Ankara, Jumat (5/6/2020).
“Sejarah akan meminta pertanggungjawaban kepada semua orang yang ikut menumpahkan darah dan air mata Libya dengan memberikan dukungan bagi pemimpin kudeta Khalifa Haftar,” kata Erdogan.
Ia memperbarui seruannya untuk mencegah Haftar dari menjual minyak Libya secara ilegal. Ia mengaku telah mencapai kesepakatan dengan Al-Sarraj terkait perluasan kerja sama Turki dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya.
Erdogan tegas menyatakan solusi untuk krisis di negara Afrika Utara itu harus didasarkan pada legitimasi dan keadilan.
GNA telah mengambil langkah pencegahan terkait dengan pandemi virus corona meskipun ada serangan milisi Haftar. “Siapa pun yang terus menerus mengancam masa depan Libya, tidak akan ada perdamaian,” tambah Erdogan.
Ia menyatakan Al-Sarraj pernah mengunjungi Ankara saat Turki berhasil mengatasi Covid-19. Pemerintahnya telah berdiri dalam solidaritas dengan Libya selama krisis kesehatan, dan mengirim pasokan peralatan medis ke Tripoli pada April dan Mei.
Prioritas Turki adalah membangun stabilitas di Libya sesegera mungkin, dengan solusi di bawah naungan PBB dan kepemimpinan rakyat Libya. Menurut Erdogan, ini akan menguntungkan seluruh wilayah.
Ia menambahkan, Haftar telah menunjukkan wajah aslinya dengan menolak perjanjian politik dan menyatakan dirinya sebagai pemimpin Libya. Ia setuju Al-Sarraj terus melakukan ekspor minyak dan menghentikan intervensi asing di lembaga ekonomi dan keuangan Libya. Erdogan menekankan perlunya mencabut sanksi yang dijatuhkan pada negara itu.
Ia mengatakan Turki sangat tahu dengan upaya Haftar untuk menjual minyak Libya secara ilegal dan membeli banyak senjata dan tentara bayaran. [wip]