(IslamToday ID) – Sekjen PBB Antonio Gutterres menyatakan perkumpulan lembaga atau negara pendonor untuk Yaman belum mampu mengatasi krisis kemanusiaan terbesar di negara itu meski Arab Saudi sudah menyumbang 500 juta dolar AS.
Menurut Guterres, Yaman sangat bergantung dengan lembaga-lembaga pemberi bantuan karena ekonominya hancur berantakan. Dari perkiraan populasi 28-30 juta jiwa, 24 juta di antaranya sangat membutuhkan bantuan dan 4 juta orang terlantar.
Tahun ini sebanyak 110.000 orang Yaman juga terserang penyakit kolera. Banjir musiman juga bisa memicu wabah malaria dan demam berdarah.
Sebuah Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat baru-baru ini menyatakan konflik di Yaman berdampak panjang pada perkembangan anak-anak dan negara-negara Arab lainnya.
Koordinator Kemanusiaan PBB, Mark Lowcock menambahkan wabah Covid-19 telah menjadi bencana karena menyebar dengan cepat. Meskipun sejauh ini hanya 453 kasus yang terkonfirmasi, namun yang meninggal 103 orang, sehingga tingkat kematiannya cukup tinggi yakni 22,7 persen (dibandingkan dengan 5,8 persen di seluruh dunia).
Karena perang berkepanjangan, infrastruktur kesehatan di Yaman rusak berat, sehingga diperkirakan jumlah warga yang terinfeksi Covid-19 jauh lebih besar.
Pengumpulan dana minggu ini yang diselenggarakan secara virtual oleh PBB dan Saudi menghasilkan 1,35 miliar dolar AS. Namun dana itu belum tunai, dan hanya setengahnya jika dibanding tahun lalu.
Saudi yang terlibat aktif dalam perang saudara di Yaman menjanjikan dana 500 juta dolar AS, lebih dari sepertiga jumlah dana yang dijanjikan terkumpul.
Abdullah Al Rabeeah, pengawas Pusat Bantuan Kemanusiaan Raja Salman (KSRelief), mengatakan bantuan Saudi akan disalurkan ke daerah-daerah yang dikendalikan oleh pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran.
Milisi Houthi dilaporkan membajak ambulans WHO dan mengalihkan bantuan untuk Covid-19 yang dibawanya ke rumah sakit militer mereka. Hal ini seperti dilaporkan oleh pejabat WHO dan dikonfirmasi Al-Monitor.
“Kami akan terus bekerja dengan mitra utama kami, pendonor, dan badan-badan PBB untuk melakukan pemantauan agar tidak terjadi kekacauan,” kata Al Rabeeah.
“Kami percaya bahwa orang-orang Yaman yang tinggal di daerah-daerah itu layak untuk mendapatkan bantuan.”
KSRelief didirikan pada tahun 2015 dan telah menyalurkan lebih dari 3 miliar dolar AS bantuan kepada Yaman.
Pada pertemuan para pendonor, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan kerajaan telah memberikan 16 miliar dolar AS bantuan kepada Yaman secara keseluruhan.
Al Rabeeah menolak laporan PBB dan kelompok HAM bahwa pasukan koalisi yang dipimpin Saudi sengaja menargetkan rumah sakit dan warga sipil di Yaman.
“Arab Saudi tidak mengarahkan serangan udara terhadap sistem instalasi kesehatan,” katanya.
“Jika itu benar terjadi, itu karena kesalahan, dan kami tidak malu untuk mempublikasikannya kepada media. Kami berkoordinasi dengan banyak badan PBB dan non-PBB untuk memastikan bahwa struktur yang vital dan penting tidak akan menjadi target serangan.”
Duta Besar UEA untuk AS, Yousef Al-Otaiba mengatakan bahwa tantangan di Yaman hari ini bukan lagi serangan koalisi yang dipimpin Saudi. Melainkan karena peningkatan ketegangan partai-partai di Yaman sendiri yang tidak bisa mencapai kesepakatan untuk masa depan mereka.
UEA, sekutu Saudi, mengundurkan diri dari aktivitas tempur pada Juni 2019, kecuali untuk operasi kontra-terorisme yang sudah berlangsung lama.
Al Rabeeah mengatakan Saudi kemungkinan akan memberi bantuan lebih dari yang dijanjikan. Ia juga berharap AS yang telah berkomitmen untuk menyumbang 225 juta dolar AS akan berkontribusi lebih besar pada akhir tahun ini. [wip]