(IslamToday ID) – Koalisi Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi menyatakan gencatan senjata telah dicapai antara pemerintah Yaman dan Dewan Transisi Selatan (STC) yang didukung Uni Emirat Arab (UEA).
Juru bicara koalisi Kolonel Turki Al-Maliki mengatakan pembicaraan antara kedua pihak akan berlangsung di Saudi.
“Pertemuan akan segera membahas bagaimana untuk terus maju dalam mengimplementasikan perjanjian Riyadh,” kata Al-Maliki seperti dikutip di Anadolu Agency, Selasa (23/6/2020).
Perjanjian Riyadh ditandatangani kedua belah pihak pada November 2019 setelah satu bulan pertempuran, termasuk 29 syarat untuk mengatasi situasi politik, sosial, ekonomi, dan keamanan di Provinsi Yaman Selatan. Namun, kedua pihak saling menyalahkan karena tidak mematuhi perjanjian.
Al-Maliki menambahkan bahwa koalisi akan menerjunkan tim pemantau di Provinsi Abyan untuk memantau komitmen kedua belah pihak terhadap gencatan senjata dan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di antara mereka.
Ia mengatakan perjanjian terbaru itu hadir setelah perkembangan terakhir di Pulau Socotra dan di Provinsi Abyan di Yaman Selatan.
Pemerintah Yaman dan STC belum mengomentari pengumuman koalisi itu.
Pada hari Jumat, milisi STC menguasai pusat Socotra di tengah bentrokan dengan pasukan pemerintah Yaman di Kota Zinjibar, Abyan.
Pekan lalu, STC menyatakan pemerintahan sendiri dan keadaan darurat di ibukota sementara Aden dan provinsi selatan, yang meningkatkan ketegangan di Socotra serta provinsi lain di selatan.
Provinsi Yaman Selatan telah menjadi lokasi bentrokan berulang antara pasukan pemerintah dan pejuang STC.
Yaman telah hancur oleh konflik yang meningkat pada Maret 2015 setelah pemberontak Houthi yang didukung Iran merebut ibukota Sanaa dan memaksa Presiden Abd Mansour Hadi untuk meninggalkan negara itu. [wip]