(IslamToday ID) – Markas militer Turki di pangkalan udara Al-Watiya, Libya digempur serangan udara pada Minggu (5/7/2020) malam waktu setempat. Pemerintah Libya yang diakui PBB menyebut serangan tersebut dilakukan oleh pasukan udara asing yang mendukung pasukan pemberontak.
Pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) merebut kembali pangkalan udara Al-Watiya, dekat Tripoli, ibukota Libya dari pasukan pemberontak pimpinan Khalifa Haftar beberapa waktu lalu.
Dalam konflik Libya, Turki mendukung pasukan GNA yang diakui PBB, berbasis di Tripoli melawan pasukan pemberontak pimpinan Khalifa Haftar.
“Serangan semalam terhadap pangkalan Al-Watiya dilakukan oleh angkatan udara asing untuk mendukung penjahat perang dalam upaya meraih kemenangan untuk pasukan Haftar,” kata Wakil Menteri Pertahanan GNA, Salah Namrush seperti dikutip di Aljazeera, Senin (6/7/2020).
Namun Namrush tidak menjelaskan secara detail angkatan udara asing mana yang diduga berada di balik serangan itu.
Ia berjanji akan memberikan balasan pada waktu yang tepat. Menurutnya, serangan itu gagal mengalihkan perhatian dari kemenangan GNA baru-baru ini.
Mengutip sumber-sumber militer, media pro-Haftar sebelumnya mengatakan serangan itu dilakukan oleh pesawat tak dikenal. Sumber-sumber menyebut tentara Turki di pangkalan itu menjadi korban.
Seorang pejabat senior Turki mengkonfirmasi kerusakan material di pangkalan itu, tetapi membantah ada korban jiwa.
Kantor berita Turki Anadolu Agency, mengutip pejabat militer GNA yang tidak disebutkan namanya, juga mengungkapkan tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. “Perangkat yang baru-baru ini dikerahkan untuk memperkuat pertahanan udara rusak,” tulis Anadolu Agency.
Libya berada dalam kondisi kacau balau sejak penggulingan diktator Moamer Kadhafi yang didukung NATO pada 2011 lalu. Penggulingan itu menyebabkan timbulnya sejumlah faksi membingungkan yang sama-sama berusaha untuk memegang kendali.
Pasukan Haftar diketahui mendukung pemerintah saingan yang berbasis di Libya timur dan menolak mengakui pemerintah yang didukung oleh PBB pimpinan Fayez al-Sarraj.
Dua Pemerintahan Bersaing
Terjebak dalam kekacauan akibat pemberontakan yang didukung NATO pada 2011 yang menggulingkan pemerintahan Muammar Gaddafi, Libya yang kaya minyak kini memiliki dua pemerintahan yang bersaing.
Pasukan Haftar didukung oleh Mesir, Rusia, dan Uni Emirat Arab (UEA). Para milisnya mundur dari pinggiran selatan Tripoli dan seluruh bagian barat negara itu pada Juni setelah serangkaian kekalahan terhadap pasukan GNA yang didukung Turki.
Dukungan Turki sangat penting bagi GNA dalam memukul serangan LNA. GNA menggunakan pertahanan udara canggih dan serangan pesawat tanpa awak yang menargetkan jalur logistik dan pasukan Haftar.
Sebuah sumber Turki mengatakan, bulan lalu Turki melakukan pembicaraan dengan GNA untuk mendirikan dua pangkalan militer di Libya, salah satunya di Al-Watiya, pangkalan udara paling penting di Libya barat.
Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar mewakili Turki berada di Tripoli untuk bertemu dengan GNA pada hari Jumat dan Sabtu.
Selama perjalanan merebut Tripoli tahun lalu, LNA dibantu oleh serangan udara Mesir dan UEA. Bulan lalu, AS menyatakan Rusia telah mengirim setidaknya 14 pesawat tempur MiG29 dan Su-24 ke pangkalan LNA.
GNA dan LNA sekarang memobilisasi pasukan di garis depan baru antara Kota Misrata dan Sirte.
Mesir telah memperingatkan setiap upaya yang didukung Turki untuk mengambil Sirte yang dikendalikan oleh LNA pada Januari, bisa mendorong pasukannya untuk campur tangan secara langsung. [wip]