IslamToday ID — Sistem tukar-menukar barang atau barter melalui media sosial Facebook kini semakin marak terjadi di Lebanon. Akibat dilanda krisis ekonomi, kehidupan sebagian besar rakyat Libanon semakin terpuruk.
Seorang wanita Libanon tampak meminta gula, susu, dan sabun sebagai ganti pakaian anak-anak. Sementara itu, warga lainnya mencari makanan kaleng sebagai imbalan untuk peralatan olahraga.
Kemudian, seorang penjahit berusia 65 tahun menukar mesin jahitnya dengan makanan, karena pelanggannya tidak mampu lagi membayarnya.
Cara tukar-menukar barang atau Barter melalui Facebook menjadi pilihan terakhir bagi sebagian warga di Libanon, akibat krisis keuangan yang membuat harga barang semakin meroket tahun ini, menurut laporan Middle East Monitor (MEMO), Rabu (8/7/2020).
Siham, seorang Ibu muda berusia 27 tahun menawarkan mesin pembersih botol-botol susu putranya dengan makanan.
Kini, semakin banyak warga Libanon harus beralih ke badan amal atau inisiatif swasta untuk bertahan hidup saat negara itu menghadapi krisis dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Krisis mata uang, membuat hampir 80% dari nilai harga barang melambung tinggi, dan sebagian keluarga Lebanon menjadi miskin, negara yang berhutang banyak menawarkan sedikit bantuan.
Grup Facebook Hassan Hasna “Lebanon barters” telah memperoleh lebih dari 16.000 anggota dalam waktu sekitar satu bulan, dengan sebagian warga Libanon menggunakan Grup Facebook tersebut untuk barter guna memperoleh makanan atau obat-obatan yang tidak mampu mereka beli.
“Sebelumnya saya dan teman dapat memberikan sumbangan untuk sebagian warga saat perayaan Natal, tetapi sekarang kami tidak bisa mendapatkan pasokan makanan yang cukup untuk disumbangkan,” tukasnya.
Libanon kini sangat bergantung pada barang-barang impor yang harganya melambung tinggi.
Kebijakan pemerintah menaikkan harga roti bersubsidi, memicu aksi protes bulan ini.
Sebuah laporan Program Pangan Dunia pada Juni menemukan bahwa 50% warga Libanon merasa khawatir dan takut mereka tidak akan punya cukup makanan.
Grup Facebook Hassan Hasna “Lebanon barters” mendapatkan lebih dari 200 permintaan sehari.
“Beberapa orang menganggap barter sebagai hal yang mengerikan, menggunakannya untuk menjelaskan betapa putus asa kita. Tapi saya tidak melihatnya seperti itu,“ jelasnya.
“Masa sulit, tetapi kami tidak akan meminta bantuan. Mereka melakukan hal yang mustahil untuk bertahan hidup, dan hidup bermartabat”, pungkasnya.[IZ]