IslamToday ID — Pemerintah Rusia turut angkat bicara menyoroti polemik Hagia Sophia yang difungsikan kembali sebagai masjid oleh pemerintah Turki.
Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Vershinin menyatakan negaranya menghormati keputusan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan.
Vershinin mengakui pengubahan fungsi Hagia Sophia mengundang reaksi di dalam negeri Rusia dan dunia internasional. Namun, pada akhirnya Rusia memilih menghormati kedaulatan Turki dengan tak campur tangan urusan tersebut.
“Secara umum, kami berasumsi bahwa ini adalah urusan domestik Turki yang mana kami atau orang lain tak perlu ikut campur sepenuhnya,” pungkas Sergey Vershinin dilansir dari Sputnik International, pada Senin (13/7).
Langkah yang diambil Rusia ini cukup masuk akal, lantaran kini kedua negara terlibat konflik di Libya karena mendukung dua poros kekuatan berbada. Tokoh Kristen Ortodoks Rusia pun sempat menentang langkah Turki.
Akan tetapi, Kemlu Rusia menyinggung pentingnya kehadiran Hagia Sophia sebagai warisan peradaban dunia.
“Kami memperhatikan nilai dari bangunan itu sebagai bagian dari situs peradaban dan kebudayaan dunia,” ujar Vershinin.
Pemerintah Turki menganulir status museum Hagia Sophia yang telah diberlakukan sejak tahun 1934. Sebelumnya, Hagia Sophia pernah menjadi masjid pada tahun 1453 M sejak penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al Fatih.
Walau statusnya beralih menjadi Masjid, situs Hagia Sophia tetap dibuka untuk semua kalangan, secara resmi situs ini akan difungsikan sebagai Masjid pada Jumat, 24 Juli 2020 mendatang
Hagia Sophia (Ayasofya dalam bahasa Turki) pada awalnya dibangun sebagai basilika bagi Gereja Kristen Ortodoks Yunani. Namun, fungsinya telah berubah beberapa kali sejak berabad-abad, menurut laman Historycom.
Hagia Sophia dibangun pada tahun 537-1435 M. Di zaman Kekaisaran Byzantium, bangunan yang terkenal akan arsitektur dan kubah besarnya itu merupakan sebuah gereja.
Kaisar Bizantium Constantius menugaskan pembangunan Hagia Sophia pertama pada tahun 360 M. Pada saat pembangunan gereja pertama, Istanbul dikenal sebagai Konstantinopel, mengambil namanya dari ayah Konstantius, Constantine I, penguasa pertama Kekaisaran Bizantium.
Kesultanan Ottoman (Utsmaniyah), dipimpin oleh Sultan Mehmed II (Muhammad Al Fatih), membebaskan Konstantinopel pada tahun 1453. Pemerintahan Utsmaani mengganti nama kota Konstantinopel menjadi Istanbul.
Dengan pembebasan Konstantinopel beralih ke Istanbul, Hagia Sophia dengan cepat menjadi ikon budaya, membawa warisan budaya hingga kini
Akan tetapi, pemerintah Turki di bawah kepemimpinan mendiang Presiden Mustafa Kemal yang beraliran nasionalis sekuler memutuskan menjadikan Hagia Sophia sebagai museum.
Upaya Turki untuk kembali memfungsikan Hagia Sophia menjadi masjid sebenarnya sudah dilakukan sejak 2005. Dua tahun lalu Mahkamah Konstitusional Turki sempat menolak usulan tersebut.
Majelis Negara Turki membatalkan keputusan kabinet 1934 soal status Hagia Sophia dan kembali menjadikan bangunan itu sebagai masjid pada 10 Juli lalu.[IZ]