(IslamToday ID) – Rusia menyatakan siap untuk menengahi pertikaian antara Azerbaijan dan Armenia yang belakangan semakin memanas.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan Presiden Vladimir Putin dan anggota Dewan Keamanan Rusia prihatin atas gejolak yang terjadi antara negara-negara di Kaukasus Selatan yang meletus pekan lalu.
Menurut Peskov, Putin bersama pejabat senior pemerintah Rusia menekankan pentingnya mematuhi gencatan senjata dan siap menengahi pertikaian. Demikian seperti dikutip di kantor berita Interfax, Sabtu (17/7/2020).
Turki Mendukung Azerbaijan
Kepala Industri Pertahanan Turki menyatakan pihaknya siap untuk membantu Azerbaijan, setelah melihat bentrokan di perbatasan dengan Armenia yang menewaskan 16 orang.
Turki memiliki ikatan sejarah dan budaya yang kuat dengan Azerbaijan, serta proyek-proyek energi bersama.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pihaknya tidak akan ragu-ragu untuk menentang serangan apapun terhadap Azerbaijan.
Pada hari Jumat, Direktur Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir menyatakan di Twitter bahwa Turki siap untuk membantu Azerbaijan. “Industri pertahanan kami, dengan pengalaman yang dimiliki, teknologi dan kemampuan, dari drone bersenjata sampai amunisi dan rudal dan sistem perang elektronik kami, selalu siap membantu Azerbaijan!”
15 tentara dari kedua belah pihak dan satu warga sipil telah tewas sejak Minggu dalam bentrokan antara dua negara bekas Soviet itu. Azerbaijan dan Armenia bertempur pada 1990-an yang diawali di wilayah Nagorno-Karabakh yang bergunung-gunung.
Kekhawatiran internasional menjadi tinggi karena ancaman terhadap stabilitas wilayah, terutama terkait dengan pipa-pipa minyak dan gas di Laut Kaspia yang dibutuhkan oleh pasar global.
Demir yang bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan dan komandan Angkatan Udara Azerbaijan, Ramiz Tahirov di Ankara, mengatakan Turki akan membantu memodernisasi persenjataan tentara Azerbaijan.
Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar mengatakan Armenia memulai bentrokan di perbatasan lebih dulu, dan mereka dipastikan akan kalah.
Bentrokan Baru di Perbatasan
Bentrokan perbatasan antara musuh bebuyutan Azerbaijan dan Armenia dimulai kembali setelah mengalami de-eskalasi singkat.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan menyatakan salah satu tentaranya tewas. Sementara Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan seorang warga sipil terluka di Desa Chinari akibat serangan pesawat tak berawak Azerbaijan.
Azerbaijan menyatakan pada Kamis pagi, bentrokan berlangsung di dekat perbatasan setelah warga Armenia menembaki desa-desa Azerbaijan dengan senjata kaliber besar. Namun, Kementerian Pertahanan Armenia juga mengatakan pasukan Azerbaijan menembaki desa-desa Armenia dengan mortir dan howitzer.
Pejabat pertahanan sehari sebelumnya mengatakan pertempuran mereda di wilayah Tavush setelah beberapa hari terjadi bentrokan mematikan.
Azerbaijan menyatakan telah kehilangan 12 prajurit dan satu warga sipil dalam tiga hari pertempuran, sedangkan Armenia kehilangan empat tentaranya tewas pada hari Selasa.
Pada hari Kamis, pejabat Armenia mengatakan 20 prajurit terluka sejak hari Minggu, dengan salah satu dari mereka dalam kondisi kritis.
Pertempuran itu telah memantik seruan untuk melakukan gencatan senjata langsung dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Rusia. Perundingan damai yang dimediasi secara internasional antara kedua negara Kaukasus sejauh ini gagal menghasilkan solusi.
Menteri Azerbaijan Dipecat
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev memecat menteri luar negerinya karena dianggap telah melakukan perundingan yang sia-sia dengan Armenia.
Aliyev mengatakan Menteri Luar Negeri Elmar Mamedyarov tidak melakukan sesuatu yang berarti untuk mencoba menyelesaikan konflik.
“Apa yang dilakukan Menteri Luar Negeri? Di mana dia berada? Kami semua sedang bekerja setelah peristiwa 12 Juli, dan saya tidak menemukannya,” kata Aliyev, Rabu, dalam pertemuan pemerintah yang membahas bentrokan yang terjadi pada hari Minggu.
“Sayangnya, baru-baru ini diplomasi kita tidak sesuai dengan keberhasilan pembangunan negara kita. Dalam beberapa kasus, diplomasi ini terlibat tidak berarti, negosiasi yang tidak berarti,” tambahnya seperti dikutip di TRT World.
Mamedyarov yang berusia 60 tahun telah menjadi menteri luar negeri sejak April 2004.
Terkunci Dalam Konflik
Dua negara tetangga di Kaukasus Selatan telah dikunci dalam konflik atas Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah Azerbaijan yang dikuasai kelompok etnis Armenia yang didukung oleh pemerintah Armenia. Kelompok etnis Armenia itu telah menyatakan kemerdekaan saat konflik yang akhirnya meruntuhkan Uni Soviet pada tahun 1991.
Upaya internasional untuk menyelesaikan konflik terhenti. Bentrokan terbaru terjadi sekitar 300 km dari daerah bergunung-gunung.
Meskipun gencatan senjata disepakati pada tahun 1994, Azerbaijan dan Armenia terus saling menuduh melakukan penembakan di sekitar Nagorno-Karabakh dan di sepanjang perbatasan kedua negara.
Pasukan Armenia dan Azerbaijan sering terlibat dalam bentrokan. Pada 2016, skor terbunuh terbanyak dalam pertempuran selama empat hari.
Turki Mengecam Agresi Armenia
Kementerian Luar Negeri Turki mengecam serangan Armenia terhadap Azerbaijan dan kampanye “kotor” melawan Turki.
“Sikap munafik Armenia ini, yang telah mempertahankan pendudukan tidak sah di wilayah Azerbaijan selama bertahun-tahun, dengan jelas mengungkap siapa yang menjadi penghalang utama untuk terwujudnya perdamaian dan stabilitas permanen di Kaukasus Selatan,” kata Kemenlu Turki.
Kemenlu menyatakan kebijakan luar negeri Armenia berdasarkan fitnah tidak akan bermanfaat bagi siapapun.
“Pendekatan ini adalah manifestasi dari mentalitas yang menciptakan identitasnya hanya dari pemahaman sejarah sepihak dan mencoba untuk membenarkan agresi yang melanggar hukum,” katanya.
Kemenlu menambahkan otoritas Armenia harus bertindak bijak dan belajar sesegera mungkin untuk menjadi bagian dari solusi dari masalah di Kaukasus Selatan. [wip]