(IslamToday ID) – Para pemimpin Uni Eropa masih menemui jalan buntu setelah tiga hari berturut-turut melakukan negosiasi alot terkait kesepakatan dana stimulus 1,85 triliun Euro atau setara Rp 29.600 triliun untuk menghidupkan kembali perekonomian di tengah pandemi Covid-19.
KTT ini awalnya dijadwalkan berlangsung dua hari mulai Jumat (17/7/2020), namun adanya perbedaan pendapat yang sangat tajam di antara negara-negara anggota, membuat KTT diperpanjang hingga Minggu (19/7/2020).
Presiden Dewan Eropa, Charles Michael meminta para pemimpin Uni Eropa bersatu melawan pandemi yang telah menewaskan lebih dari 600.000 orang untuk mewujudkan “misi mustahil” ini.
“Harapan saya adalah kita mencapai kesepakatan dan itu menjadi berita utama. Besok adalah bahwa Uni Eropa telah menyelesaikan misi mustahil ini,” ujarnya, Minggu (19/7) di Brussels seperti dikutip di TRT World. “Itu harapan tulus saya, setelah tiga hari bernegosiasi tanpa henti.”
Pada kesempatan yang sama, Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan akan adanya kemungkinan para pemimpin Uni Eropa tidak dapat mencapai kesepakatan tentang paket stimulus ekonomi yang belum pernah dikeluarkan sebelumnya dan anggaran jangka panjang untuk ekonomi Uni Eropa yang hancur imbas dari pandemi corona.
“Saya masih belum bisa mengatakan apakah kami akan menemukan solusi. Ada banyak kemauan, tetapi ada banyak posisi yang berbeda,” ungkapnya.
Ucapan Merkel menjadi kenyataan, di mana 27 negara anggota masih menemui jalan buntu terkait detail apa yang harus dilampirkan pada paket stimulus tersebut.
Walkout Perancis-Jerman
Seorang diplomat yang enggan disebut namanya mengatakan kepada Reuters, tidak ada kesepakatan di antara para pemimpin tentang berapa banyak bantuan yang diberikan dalam bentuk hibah dan berapa banyak yang ditawarkan sebagai pinjaman.
Diplomat itu mengatakan € 350 miliar (Rp 5.600 triliun) adalah jumlah maksimum yang dapat diterima untuk negara-negara utara Eropa, dibandingkan € 400 miliar (Rp 6.400 triliun) yang diajukan negara-negara selatan Eropa, termasuk Jerman dan Perancis.
Kelompok Frugal Four (Si Empat Penghemat) yakni Belanda, Austria, Denmark, dan Swedia yang dipimpin Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, beserta Finlandia bersikeras agar paket stimulus tersebut ditetapkan bukan sebagai dana hibah, melainkan utang. Kelompok ini menuntut agar paket stimulus harus disertai dengan persyaratan yang ketat untuk memastikan negara-negara yang memiliki utang yang besar melakukan reformasi di pasar tenaga kerja.
Namun, negara-negara seperti Perancis, Italia, dan Spanyol, bahkan Hungaria menolak gagasan tersebut. Maklum, negara-negara itu terdampak parah oleh pandemi Covid-19. Mereka tentu ingin dana pemulihan tersebut ditetapkan sebagai hibah.
Ketegangan pun sempat terjadi pada Sabtu (18/7/2020) ketika Merkel dan Presiden Perancis Emmanuel Macron melakukan aksi walkout karena adanya perbedaan pendapat tersebut. Bahkan pada Minggu, Macron kembali dilaporkan melancarkan aksi walkout. Aliansi Perancis-Jerman dinilai memiliki peran vital dalam terwujudnya kesepakatan antara 27 negara anggota Uni Eropa tersebut.
Jangan Terburu-buru
Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan akan lebih baik bagi para pemimpin untuk menyetujui paket stimulus “ambisius” daripada mewujudkan kesepakatan cepat dengan biaya berapapun.
“Idealnya, perjanjian para pemimpin harus ambisius dalam segi ukuran dan komposisi paket, bahkan jika itu membutuhkan sedikit lebih banyak waktu,” ujar Lagarde.
Komentar Lagarde menunjukkan bahwa ia tidak khawatir akan kemungkinan reaksi negatif pasar jika KTT menemui jalan buntu, terutama karena ECB memiliki nilai tambah € 1 triliun (Rp 16.000 triliun) untuk membeli utang pemerintah. [wip]