(IslamToday ID) – Amerika Serikat (AS) akan mengerahkan berbagai misil baru, termasuk rudal-rudal hipersonik presisi jarak jauh ke kawasan Indo-Pasifik. Senjata hipersonik AS sendiri sebenarnya masih dalam tahap pengembangan.
“Kami tahu, kami membutuhkan tembakan presisi jarak jauh. Itu adalah prioritas nomor satu kami dan karenanya kami mengembangkan kemampuan hipersonik saat ini. Kami telah berhasil dalam pengujian,” kata Kepala Staf Angkatan Darat AS, Jenderal James McConville, Senin (3/8/2020), seperti dikutip di Sputniknews.
“Kami akan memiliki rudal jarak menengah yang dapat menenggelamkan kapal. Kami pikir itu sangat penting untuk kemampuan penolakan anti-akses atau area yang mungkin kita hadapi,” lanjutnya saat berbicara di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Washington.
Lokasi negara mana untuk pengerahan senjata hipersonik AS ini belum ditentukan. McConville mengatakan tujuan militer AS adalah untuk “mengalahkan” setiap calon musuh dalam setiap konflik yang mungkin terjadi. Dengan ini diharapkan menjadi mungkin melalui modernisasi komprehensif militer AS.
Para pejabat militer AS telah menyatakan keprihatinan atas ukuran yang semakin besar dan kecanggihan teknologi Angkatan Laut dan Angkatan Udara China dalam beberapa tahun terakhir, di mana Beijing melampaui jumlah total kapal perang AS tahun lalu, dan bersiap untuk menambah kapal induk baru.
Kedua negara juga berlomba menuju produksi dan pengiriman senjata hipersonik baru. Pada akhir Juni, Presiden AS Donald Trump secara resmi meminta otoritas eksekutif yang biasanya disediakan di masa perang untuk mengarahkan industri sipil ke arah produksi komponen untuk senjata hipersonik.
AS sedang mengerjakan sembilan rudal hipersonik yang diluncurkan melalui udara, laut, dan darat, dengan yang pertama diperkirakan akan mulai beroperasi pada tahun 2022.
Awal tahun ini, pejabat senior Pentagon mengakui bahwa AS sedang berupaya mengejar China dan Rusia di bidang senjata hipersonik, dengan mencermati investasi besar-besaran Beijing di lapangan dalam beberapa tahun terakhir.
China meluncurkan misil hipersonik jarak pendek dan menengah DF-17 yang baru pada parade militer Hari Nasional pada Oktober 2019. Setahun sebelumnya, China Aerospace Science and Technology Corporation berhasil menguji peluncuran kendaraan penerbangan hipersonik Xingkong-2.
Washington telah menarik diri dari Intermediate-Range Nuclear Force Treaty atau Perjanjian INF dengan Rusia pada Agustus 2019. Tak lama kemudian, Washinton menguji sistem rudal jarak menengah berbasis darat baru untuk kemungkinan penempatannya di Asia.
Namun, AS menghadapi masalah tentang di mana akan menggunakan senjata tersebut. Sebab, sekutu-sekutu besarnya termasuk Filipina, Korea Selatan, dan gubernur wilayah Okinawa, Jepang telah menyatakan penolakan yang sengit terhadap penyebaran senjata strategis baru AS di wilayah mereka. [wip]