(IslamToday ID) – Pejabat militer Aljazair yang buron dan melarikan diri dari negaranya, Guermit Bounouira berhasil ditangkap di Turki. Presiden Aljazair langsung menghubungi mitranya di Turki terkait kabar penangkapan tersebut.
Bounouira diserahkan kepada pejabat keamanan Aljazair di Turki pada hari Kamis (30/7/2020) dengan tuduhan membocorkan rahasia militer. Menurut seorang sumber kepada Reuters, ia akan menghadapi pengadilan militer pada hari Senin (10/8/2020) di penjara Blida di barat daya Aljir.
Pejabat Turki belum bersedia dikonfirmasi mengenai hal itu. Pengacara Bounouira juga belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Turki menyerahkan Bounouira kepada pemerintah Aljazair sebagai bentuk hubungan yang kuat terhadap negara tetangga Libya itu. Apalagi pasukan Turki telah ikut campur tangan dalam perang saudara di Libya.
Presiden Aljazair, Abdelmadjid Tebboune menelepon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sekitar seminggu sebelum liburan Idul Adha lalu untuk meminta menyerahkan Bounouira.
Sebuah sumber menyatakan, Bounouira, seorang pembantu utama mendiang panglima militer Ahmed Gaed Salah, dituduh membocorkan kode rahasia pergerakan perwira militer termasuk nama mereka. Kode rahasia tersebut telah beredar di media sosial yang membuat malu tentara, meskipun tidak jelas siapa yang mempostingnya.
Gaed Salah muncul tahun lalu sebagai orang paling berkuasa di Aljazair ketika protes massa berhasil menggulingkan presiden veteran, Abdelaziz Bouteflika dan sejumlah pejabat lainnya.
Keterlibatan Asing
Namun, Gaed Salah meninggal tiba-tiba karena serangan jantung pada tanggal 23 Desember 2019, beberapa minggu setelah pemilihan presiden yang ia prakarsai.
Bounouira melarikan diri ke Turki pada hari minggu setelah Gaed Salah meninggal. Sumber keamanan Aljazair mengatakan Bounouira kemudian membocorkan rahasia militer kepada para aktivis yang berbasis di luar negeri. “Bounouira adalah orang terdekat Gaed Salah. Karena itu dia mengetahui rahasia militer,” kata sumber itu.
Tebboune, yang memenangkan pemilihan Desember, mencoba untuk mencap pemerintahannya sendiri di Aljazair setelah dua dekade Bouteflika menjabat dan menunjuk seorang panglima militer baru di bulan Januari, meskipun militer tetap menjadi institusi paling kuat di Aljazair.
Presiden Aljazair telah mendorong negara tetangganya Libya untuk memiliki peran yang lebih besar dalam menemukan solusi untuk konflik dan menentang keterlibatan asing.
Turki secara langsung melakukan intervensi di Libya pada bulan Januari untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional. GNA berhadap-hadapan dengan pasukan Libya yang berbasis di timur yang didukung oleh Rusia, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir.
Bagi Ankara, setiap kritik langsung Aljazair terhadap perannya di Libya dapat mempersulit operasi militernya. Namun, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat tentang Libya, Aljazair dan Turki telah mempertahankan hubungan baik. “Kami telah bekerja sangat baik dengan rekan-rekan kami di Turki,” kata sumber keamanan Aljazair. [wip]