(IslamToday ID) – Presiden Lebanon, Michel Aoun ternyata telah mengetahui keberadaan amonium nitrat di pelabuhan Beirut yang diduga menjadi penyebab ledakan. Informasi itu disampaikan kepada Aoun pada 20 Juli, sekitar tiga minggu sebelum ledakan besar terjadi.
Begitu mengetahui informasi itu, Aoun segera memerintahkan militer dan badan keamanan untuk melakukan apa yang diperlukan. Namun, ia menegaskan bahwa tanggung jawabnya berakhir sampai di situ.
Menurutnya, pihaknya tidak memiliki wewenang atas pelabuhan dan bahwa pemerintah sebelumnya telah diberi tahu tentang bahan kimia peledak. “Bisa jadi (ledakan) itu karena kelalaian atau tindakan eksternal, dengan rudal atau bom,” ujar Aoun seperti dikutip dari Euronews, Sabtu (8/8/2020).
Dokumen yang baru muncul yang dikutip oleh kantor berita AP, bea cukai, militer, badan keamanan, dan Pengadilan Lebanon, setidaknya 10 kali selama enam tahun terakhir telah disinggung mengenai tumpukan besar barang berbahaya yang disimpan dengan hampir tanpa perlindungan di jantung ibu kota Lebanon itu.
Sebuah laporan pengacara dari tahun 2015 mengulas bahwa muatan kargo tersebut sangat berbahaya. Kargo itu disimpan di pelabuhan menunggu lelang dan atau pembuangan yang benar. Namun, ternyata muatan di dalam kargo itu tetap di sana dan akhirnya terjadi peristiwa ledakan pada hari Selasa (4/8/2020).
Aoun juga menolak seruan untuk dilakukannya penyelidikan internasional atas ledakan di Beirut itu. Menurutnya, penyelidikan itu hanya akan memutarbalikkan kebenaran.
Aoun mengatakan hanya ada dua kemungkinan penyebab ledakan dahsyat itu, yakni karena kelalaian atau serangan eksternal (rudal). Ia mengatakan akan sesegera mungkin memberikan keputusan untuk kasus ini.
Sejauh ini, setidaknya 16 pegawai pelabuhan telah ditahan dan lainnya diperiksa. Banyak yang ingin tahu mengapa bahan semacam itu disimpan begitu lama, dan dengan cara penyimpnanan yang tidak aman, serta berada begitu dekat dengan daerah padat penduduk.
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab telah menggelar penyelidikan dan akan menghukum berat pihak-pihak yang dirasa bertanggung jawab. Tetapi banyak yang mengarahkan kemarahan mereka bukan kepada pejabat pelabuhan.
“Ini adalah kelalaian dari elite penguasa. Sebuah bom atom ada di sana selama bertahun-tahun, dan tidak seorang pun pemimpin atau penguasa melakukan apapun,” kata seorang penduduk Beirut.
Puluhan orang masih hilang setelah ledakan, sementara sekitar 300.000 orang atau lebih dari 12 persen populasi Beirut kehilangan tempat tinggal mereka. [wip]