(IslamToday ID) – Seorang pasukan keamanan Irak yang enggan disebut namanya telah melaporkan kejadian ledakan pada hari Senin (10/8/2020) malam di persimpangan Jraischan di perbatasan Irak-Kuwait. Namun pengakuan itu dibantah oleh Komando Operasi Gabungan Irak.
Menurut laporan Reuters, pasukan keamanan Irak menyatakan ledakan itu disebabkan oleh bahan peledak yang diselundupkan di dekat konvoi militer AS oleh milisi Syiah. Belum ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan.
Kantor berita Irak Rudaw melaporkan bahwa Ashab al-Kahaf (orang-orang gua), sebuah kelompok milisi baru, telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu melalui sebuah video yang beredar. Tidak jelas apakah konten video yang beredar itu adalah cuplikan ledakan sebenarnya di Jraischan.
Komando Operasi Gabungan Irak mengeluarkan pernyataan pada Selasa (11/8/2020) pagi bahwa tidak ada ledakan atau serangan yang terjadi di perbatasan. CNN melaporkan nama kelompok itu sebagai Ishab al-Kahf, atau kelompok yang sama seperti yang dilaporkan Rudaw, hanya Romanisasi nama Arab yang berbeda.
Seorang juru bicara dari Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan kepada Sputniknews bahwa tengah menyelidiki terkait laporan serangan itu.
Bulan lalu, seorang anggota parlemen Irak dengan tajam mengkritik terjadinya penyeberangan di perbatasan yang dikendalikan oleh militer AS dan digunakan untuk mengangkut logistik ke negara itu dari Kuwait.
Badr al-Ziyadi, anggota Komite Keamanan dan Pertahanan di parlemen Irak, mengatakan penyeberangan Jraischan dan tidak tunduk pada kendali pemerintah federal, dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan Irak. Ia kemudian mengatakan Komite Keamanan dan Pertahanan akan mendorong untuk memaksakan kendali pemerintah atas penyeberangan.
Pada tanggal 23 Juli, konvoi AS lainnya di Irak selatan diserang ketika dua bom meledak di jalan al-Bathaa di Provinsi Dhi Qar. Tidak ada laporan korban atau kerusakan. Namun, serangan lain pada 7 Juli di al-Diwaniyah menghanguskan beberapa truk kargo AS. [wip]