(IslamToday ID) – Para demonstran yang marah dan berduka membacakan dengan lantang nama-nama dari sedikitnya 171 orang yang tewas dalam tragedi ledakan yang terjadi di Pelabuhan Beirut pekan lalu. Mereka juga menyerukan pencopotan presiden Lebanon dan pejabat lain karena dianggap bersalah atas tragedi itu.
Warga Lebanon belum tenang dengan pengunduran diri pemerintahan Perdana Menteri Hassan Diab pada hari Senin lalu. Mereka menuntut penghapusan kelas penguasa korup yang mereka salahkan atas kesengsaraan di negara itu.
“Kami tidak akan lupa sampai tali dipasang (untuk para pemimpin),” kata seorang pria setelah ia membacakan beberapa nama korban yang ditampilkan di layar seperti dikutip di Reuters, Rabu (12/8/2020).
Berkumpul di dekat ground zero, beberapa demonstran membawa foto-foto korban saat layar besar memutar ulang rekaman awan jamur yang naik di atas kota pada Selasa lalu setelah bahan yang sangat mudah meledak yang disimpan selama bertahun-tahun meledak, melukai sekitar 6.000 orang dan menyebabkan ratusan ribu kehilangan tempat tinggal.
“Dia tahu” tertulis di gambar Presiden Michel Aoun pada poster di tempat protes. Di bawahnya, tertulis, “Pemerintah pergi, pemerintah datang; kami akan melanjutkan sampai presiden dan ketua parlemen disingkirkan”.
Ihsan Mokdad, seorang kontraktor, mengamati bangunan yang hancur di Gemmayze, sebuah distrik beberapa ratus meter dari pelabuhan. “Mereka semua bermasalah,” katanya. “Saya tidak melihat seorang pun anggota parlemen mengunjungi daerah ini,” imbuhnya.
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa presiden dan perdana menteri telah diperingatkan pada bulan Juli tentang gudang amonium nitrat, menurut dokumen dan sumber keamanan senior.
“Janji saya untuk semua orang Lebanon yang terluka adalah bahwa saya tidak akan beristirahat sampai semua fakta diketahui,” kata Presiden Lebanon Michel Aoun yang telah berjanji untuk melakukan penyelidikan yang cepat dan transparan.
Hassan Diab mengumumkan pengunduran diri kabinetnya pada awal pekan ini. Ia menyalahkan korupsi endemik atas ledakan terbesar dalam sejarah Beirut dan memperparah krisis keuangan mendalam yang telah merusak mata uang, melumpuhkan sistem perbankan, dan membuat harga melonjak.
“Saya katakan sebelumnya bahwa korupsi berakar di setiap titik negara, tetapi saya telah menemukan bahwa korupsi lebih besar dari negara,” katanya menyalahkan elite politik yang menghalangi reformasi seperti dikutip di MEMO.
Pembicaraan dengan IMF terhenti di tengah perselisihan antara pemerintah, bank, dan politisi mengenai skala kerugian finansial yang besar.
Bagi banyak warga Lebanon, ledakan itu adalah pukulan terakhir dalam krisis berkepanjangan atas keruntuhan ekonomi, korupsi, pemborosan, dan pemerintahan yang disfungsional. Ledakan itu meninggalkan kawah lebih dari 100 meter di dermaga sembilan, duta besar Perancis mengatakan di Twitter menyusul kunjungan ilmuwan forensik Perancis ke situs tersebut yang mendukung penyelidikan atas bencana tersebut.
Pelabuhan Beirut mencerminkan sistem kekuasaan sektarian, di mana politisi yang sama mendominasi negara itu sejak perang saudara 1975-1990. Setiap faksi memiliki kuota direktur di pelabuhan, jalur perdagangan utama negara.
“Untunglah pemerintah mengundurkan diri. Tapi kami membutuhkan darah baru atau tidak akan berhasil,” kata pengrajin perak Avedis Anserlianin di depan tokonya yang telah dibongkar. [wip]