(IslamToday ID) – Keberadaan amonium nitrat yang menyebabkan ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, Lebanon hingga kini masih misterius. Bahkan, belum ada satu pihak pun yang mengklaim sebagai pemilik bahan kimia tersebut.
Ada banyak pertanyaan yang belum terjawab seputar ledakan besar dan mematikan itu. Tapi siapa pemilik ribuan ton amonium nitrat itu harusnya mudah untuk diungkap.
Identifikasi kepemilikan, terutama pada kargo yang sama bahayanya dengan yang dibawa oleh kapal MV Rhosus berbendera Moldova ketika berlayar ke Beirut tujuh tahun lalu.
Namun wawancara Reuters dan penelusuran dokumen di 10 negara untuk mencari pemilik asli dari amunium nitrat seberat 2.750 ton itu malah mengungkap kisah rumit tentang dokumen yang hilang, kerahasiaan, dan jaringan perusahaan kecil tidak dikenal yang tersebar di seluruh dunia.
“Barang-barang diangkut dari satu negara ke negara lain, dan berakhir di negara ketiga tanpa ada yang mengaku memiliki barang itu. Mengapa berakhirnya di sini?” kata Ghassan Hasbani, mantan Wakil Perdana Menteri Lebanon, Rabu (12/8/2020).
Mereka yang terkait dengan pengiriman dan diwawancarai oleh Reuters, semuanya menyangkal mengetahui pemilik asli kargo berisi amonium nitrat, atau menolak untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Mereka yang mengatakan tidak tahu termasuk kapten kapal, pembuat pupuk Georgia yang memproduksi kargo dan perusahaan Afrika yang memesannya, tetapi tidak pernah membayarnya.
Versi resmi dari perjalanan terakhir MV Rhosus menggambarkan pelayarannya sebagai rangkaian peristiwa yang tidak menguntungkan.
Catatan pengiriman menunjukkan kapal memuat amonium nitrat di Georgia pada September 2013 dan akan dikirimkan ke pembuat bahan peledak di Mozambik. Tetapi sebelum meninggalkan Laut Tengah, kapten dan dua awak kapal mengatakan bahwa mereka diinstruksikan oleh pengusaha Rusia yang mereka anggap sebagai pemilik de facto kapal, Igor Grechushkin, untuk berhenti di Beirut dan mengambil kargo ekstra.
MV Rhosus tiba di Beirut pada bulan November, kemudian tidak pernah pergi. Terlibat dalam sengketa hukum atas biaya pelabuhan yang belum dibayar dan cacat kapal. Kreditor menuduh pemilik sah kapal, yang terdaftar sebagai perusahaan yang berbasis di Panama, meninggalkan kapal dan kargo kemudian dibongkar dan dimasukkan ke dalam gudang di sisi dermaga.
Lembaga hukum Beirut yang bertindak sebagai kreditor, Baroudi & Associates, tidak menanggapi permintaan untuk mengidentifikasi pemilik asli kargo itu. Reuters juga tidak dapat menghubungi Grechushkin.
Kapal kosong itu akhirnya tenggelam di tempat ditambatkannya pada tahun 2018.
Gerakan terakhir MV Rhosus kini sedang dilacak setelah amonium nitrat terbakar di dalam gudang dan meledak pada minggu lalu yang menewaskan sedikitnya 158 orang.
Di antara pertanyaan yang masih belum terjawab, siapa yang membayar amonium nitrat? Apakah mereka pernah berusaha untuk merebut kembali kargo ketika MV Rhosus disita? Dan jika tidak, mengapa tidak?
Kargo, yang dikemas dalam karung putih besar, bernilai sekitar 700.000 dolar AS pada tahun 2013.
Tidak Berasuransi
Pertanyaan Reuters telah mengibarkan banyak bendera merah.
Berdasarkan konvensi maritim internasional dan beberapa undang-undang domestik, kapal komersial harus memiliki asuransi untuk menanggung peristiwa seperti kerusakan lingkungan, kehilangan nyawa atau cedera yang disebabkan karena tenggelam, tumpah, atau tabrakan. Namun MV Rhosus tidak diasuransikan.
Kapten kapal Rusia, Boris Prokoshev mengatakan melalui telepon dari rumahnya di Sochi, Rusia, bahwa ia telah melihat sertifikat asuransi tetapi tidak dapat menjamin keasliannya.
Reuters tidak dapat memperoleh salinan dokumen kapal.
Perusahaan Mozambik yang memesan amonium nitrat, Fabrica de Explosivos Mocambique (FEM), pada saat itu bukanlah pemilik kargo karena telah setuju untuk membayar pada saat pengiriman. Demikian menurut juru bicaranya, Antonio Cunha Vaz.
Produsennya adalah pembuat pupuk Georgia Rustavi Azot LLC, yang telah dibubarkan. Pemiliknya pada saat itu, pengusaha Roman Pipia, mengatakan bahwa ia telah kehilangan kendali atas pabrik amonium nitrat Rustavi pada tahun 2016. Dokumen pengadilan Inggris menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dipaksa oleh kreditor untuk melelang asetnya tahun itu.
Menurut Wakil Direktur Pertama pabrik saat ini, Levan Burdiladze, pabrik sekarang dijalankan oleh perusahaan lain, JSC Rustavi Azot, yang juga mengatakan tidak bisa menjelaskan pemilik kargo.
FEM menyatakan telah memesan pengiriman melalui perusahaan perdagangan, Savaro Ltd, yang telah mendaftarkan perusahaan di London dan Ukraina, tetapi situs webnya sekarang mati. [wip]