(IslamToday ID) – Presiden Suriah Bashar al Assad menyatakan bahwa sanksi baru Amerika Serikat (AS) merupakan tahap baru perang ekonomi terhadap pemerintahannya dan merupakan bagian dari upaya lama Washington untuk “mencekik” warga Suriah. Demikian seperti dilaporkan Reuters, Rabu (12/8/2020).
Dalam pidatonya di hadapan para deputi di istana kepresidenan, Assad juga menyalahkan Undang-Undang Caesar atas jatuhnya mata uang lokal ke rekor terendah baru, dengan aksi beli dolar oleh warga Suriah yang mengkhawatirkan situasi ekonomi.
Assad mengatakan Barat sedang mengobarkan perang ekonomi jangka panjang yang dapat diatasi Suriah dengan meningkatkan swasembada pangan dan memberantas korupsi. Menurutnya, perlu menggelontorkan anggaran untuk masyarakat demi meningkatkan standar hidup yang anjlok.
“Undang-Undang Caesar bukanlah kasus terpisah, ini adalah fase lain dalam tahap sanksi yang mendahuluinya selama bertahun-tahun dan telah menyebabkan kerusakan besar,” katanya kepada para deputi seperti dikutip di Al Jazeera, Kamis (13/8/2020).
Sebelumnya, media pemerintah telah mengungkapkan bahwa Assad mengalami tekanan darah rendah selama beberapa menit saat menyampaikan pidato di parlemen, sebelum melanjutkan pidatonya secara normal dan akan disiarkan nanti malam.
Assad ditunjukkan pidatonya yang direkam sebelumnya yang meminta kursi untuk beristirahat setelah menghentikan pidatonya. Namun dalam rekaman yang diedit itu muncul lagi di televisi di depan para deputi.
“Dokter adalah pasien terburuk, sebenarnya saya tidak makan apa-apa sejak kemarin, hanya sedikit gula dan garam,” kata mantan dokter mata berusia 55 tahun itu tanpa menjelaskan lebih lanjut. [wip]