(IslamToday ID) – Turki dan Yunani bersiap menggelar latihan militer tandingan di Laut Mediterania Timur pada hari Selasa (25/8/2020). Hal ini terjadi di tengah upaya Jerman yang bersiap untuk mengambil langkah lain dalam meredakan pertikaian sekutu NATO yang meningkat terkait gas alam itu.
Mengutip di Arab News, penemuan endapan utama di perairan sekitar Siprus dan pulau Kreta Yunani telah memicu perebutan kekayaan energi dan menghidupkan kembali persaingan regional lama.
Ketegangan kembali meningkat ketika Turki mengirim kapal penelitian Oruc Reis disertai dengan kapal perang ke perairan yang disengketakan pada 10 Agustus lalu.
Tak mau kalah, Yunani dan sekutu Uni Eropa-nya, Perancis mengirimkan aset angkatan laut mereka sendiri ke wilayah tersebut untuk memantau pekerjaan Turki.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Uni Eropa mengadakan konferensi video darurat tentang krisis yang muncul ketika fregat Turki bertabrakan dengan kapal Yunani di wilayah yang disengketakan beberapa hari setelah misi Oruc Reis.
Sementara itu, Jerman telah memimpin upaya untuk meredakan sengketa yang mengancam upaya negara-negara UE untuk memanfaatkan sumber energi baru yang dapat mengurangi ketergantungan mereka pada negara-negara seperti Rusia.
Menlu Jerman Heiko Maas akan mengunjungi Athena dan Ankara pada hari Selasa untuk mencoba melakukan pembicaraan kepada kedua negara. Akan tetapi, upaya itu tampaknya akan menemui hambatan ketika Athena dan Ankara mengumumkan rencana untuk melakukan latihan militer laut di wilayah yang sama di selatan Kreta pada hari Selasa.
Latihan Yunani tampaknya telah diumumkan sebagai tanggapan atas keputusan Turki untuk memperpanjang misi Oruc Reis selama empat hari hingga Kamis.
Kementerian Pertahanan Turki menanggapi dengan merencanakan pelatihan maritim untuk mempromosikan koordinasi dan interoperabilitas di selatan Kreta pada waktu yang sama.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dirinya mungkin memutuskan untuk menahan Oruc Reis di laut lebih lama lagi dan menuduh Yunani berperilaku dengan cara yang tidak sah dan manja.
“Turki tidak akan mundur sedikit pun dari aktivitas Oruc Reis atau elemen angkatan laut kami yang mengawalnya,” kata Erdogan setelah memimpin rapat kabinet mingguan.
“Dengan sikapnya yang bertentangan dengan hukum internasional, niat baik dan hubungan bertetangga, Yunani telah melemparkan dirinya ke dalam kekacauan yang tidak dapat ditemukan jalan keluarnya,” tambahnya.
Maas berencana untuk bertemu Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis sebelum terbang ke Ankara untuk melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Turki. Tidak jelas dari pernyataan resmi, apakah Maas juga akan diterima oleh Erdogan.
“Kami menangani ketegangan di sana dengan sangat serius,” kata juru bicara Kemenlu Jerman.
“Kami khawatir bahwa ketegangan dapat semakin membebani hubungan antara Turki dan Uni Eropa dan eskalasi lebih lanjut dapat memiliki konsekuensi yang serius.”
Jerman saat ini memegang jabatan presiden bergilir di Uni Eropa, dan juru bicara Kanselir Angela Merkel mengatakan penting untuk tetap berdialog dengan kedua belah pihak. “Tujuannya agar Yunani dan Turki dapat menyelesaikan masalah mereka satu sama lain secara langsung,” kata juru bicara itu. [wip]